Senin, 18 Juni 2018
Kuningan, 18 Juni 2018. Sejak lama, Gunung Ciremai dikenal dengan misteri, mitos dan legenda mistis, diantaranya legenda Nini Pelet. Konon menurut cerita, Nini Pelet merupakan tokoh yang memiliki kesaktian hebat. Dia adalah tokoh yang merebut kitab "Mantra Asmara" ciptaan tokoh sakti bernama Ki Buyut Mangun Tapa. Salah satu isi dari ajian dalam kitab tersebut adalah ilmu "Jaran Goyang" yang dikenal ampuh mengikat hati lawan jenis. Uniknya, ilmu itu sampai kini masih dipelajari oleh kebanyakan orang, terutama oleh paranormal.
Sementara itu, Ki Buyut Mangun Tapa, si pencipta ilmu "Jaran Goyang” meninggal dan dimakamkan di Desa Mangun Jaya, Blok Karang Jaya, Indramayu, Jawa Barat. Masyarakat di sekitar makam meyakini munculnya harimau siluman yang dipercaya sebagai peliharaan ki buyut pada tengah malam Jumat Kliwon dan Selasa Legi.
Sobat Ciremai, ada lagi cerita pengembaraan Wali Songo di jalur pendakian Linggajati yang dipandu oleh kakeknya Sunan Gunung Jati, yaitu Satria Kawirangan. Nama pos yang ada sekarang berdasarkan perjalanan yang dilakukan para Wali Songo seperti Batu Lingga yang merupakan tempat “berkhalwat” Satria Kawirangan, Puncak Pangasinan tempat para Wali Songo makan bekal terakhir yaitu nasi dan garam.
Hal lain yang tak kalah menariknya adalah aura mistis pada lokasi tetirahan atau pertapaan Raja terkenal di Jabar, Prabu Siliwangi. Dari tempat pertapaan sang Prabu muncul ikan-ikan berukuran besar di kawasan Cigugur yang saat ini dikenal dengan nama ikan dewa. Adapula cerita mengenai kerajaan Kuningan yang sebagian berada di Kaki Gunung Ciremai.
Dari legenda dan cerita rakyat tersebut, sampai saat ini ada beberapa budaya yang masih terus dilakukan masyarakat. Diantaranya Seren Taun, Kawin Cai, Babarit, Sedekah Bumi, Pareresan, Hajat Bumi, dan Bongkar Bumi.
Seren Taun adalah upacara adat panen padi masyarakat desa Cigugur yang dilakukan setiap tahun, biasanya pada bulan September setelah panen dilakukan. Kawin Cai merupakan upacara adat memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan kesuburan terutama kesuburan air dan turun hujan untuk mengairi lahan pertanian serta kebutuhan hidup lainnya dan tradisi Kawin Cai ini biasanya dilaksakan dalam musim-musim kemarau. Kawin Cai menyatukan air dari mata air Cikembulan sekitar kolam renang Cibulan desa Maniskidul Jalaksana dengan sumber air Balong Dalem dengan berbagai macam prosesi lainnya. Kawin Cai dilaksanakan pada bulan Oktober. Budaya lokal lainnya seperti Babarit, Sedekah Bumi, Pareresan merupakan upacara syukuran hasil panen oleh masyarakat setempat. Upacara Babarit dilaksanakan di Desa Sagarahiang pada bulan November, upacara Sedekah Bumi dilaksanakan di desa Cibuntu pada bulan September dan upacara Pareresan dilaksanakan di desa lingkup Kabupaten Majalengka yang pelaksanaannya sekitar bulan September-November.
Beraneka ragam sejarah dan budaya lokal Gunung Ciremai dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung, terutama yang senang dengan sejarah, budaya atau legenda/ mitos. Setiap sudut di Gunung Ciremai sarat makna yang mempunyai cerita dan kisah. Banyak juga yang datang dari berbagai penjuru untuk bertapa dan melakukan ritual, namun kembali kepada kepercayaan masing-masing. Saat ini yang harus kita lakukan bersama bagaimana Gunung Ciremai tetap lestari sebagai penyangga kehidupan manusia yang berkelanjutan yang berdampingan dengan kearifan budaya lokal di sekelilingnya.
Sobat Ciremai, ayo kenali, pelajari dan lestarikan budaya lokal kita untuk melengkapi pengelolaan Gunung Ciremai yang lebih baik. [teks ©? Nisa - BTNGC & foto ©? BTNGC | 062018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5