Perilaku Alami Tarsius Terekam Untuk Pertama Kalinya di Kepulauan Togean

Selasa, 23 Agustus 2022

Ampana, 22 Agustus 2022. Perilaku alami tarsius di Kepulauan Togean untuk pertama kalinya terekam oleh kamera jebak yang dipasang di wilayah Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT) dan sekitarnya. Dari beberapa video yang didapatkan, terlihat primata tersebut melompat dari satu dahan ke dahan yang lain, melakukan vokalisasi dan bahkan berinteraksi dengan individu tarsius yang lain. Satwa ini bahkan terlihat beraktivitas di atas tanah, perilaku yang tergolong unik untuk satwa arboreal. 

Primata yang memiliki nama ilmiah Tarsius niemitzi ini adalah jenis tarsius endemik Kepulauan Togean dan berstatus terancam punah atau endangered berdasarkan kategori merah IUCN. Keberadaan tarsius di Kepulauan Togean sendiri telah dilaporkan oleh Nietsch dan Niemitz sejak tahun 1993, dan penduduk Kepulauan Togean juga familiar dengan satwa yang dalam bahasa lokal disebut tangkasi ini. Namun baru pada tahun 2019 primata mungil ini terkonfirmasi sebagai jenis tarsius tersendiri melalui studi genetika. Spesies tarsius di Kepulauan Togean memiliki ukuran tubuh yang serupa dengan jenis-jenis tarsius pada umumnya yang ada di pulau Sulawesi, dengan pewarnaan yang mirip dengan Tarsius dentatus dari daratan Sulawesi. Salah satu karakter unik dari Tarsius niemitzi adalah "nyanyian" duet antara jantan dan betina yang dianggap paling sederhana dari tarsius yang lain di mana satu cuitan dari tarsius betina diikuti dengan dua atau tiga cuitan dari jantan.  Satwa ini biasa tinggal di dalam batang pohon yang berongga atau rimbun

Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean, Ir. Bustang, mengungkapkan bahwa terekamnya tarsius melalui kamera jebak ini bisa menjadi jendela untuk mengintip perilaku alami satwa tersebut. Hingga saat ini belum ada penelitian ekologi terhadap spesies ini, sehingga perilaku dan preferensi habitat Tarsius niemitzi masih menjadi misteri. Diperkirakan tarsius ini tersebar di seluruh Kepulauan Togean kecuali Pulau Una-Una. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan wilayah distribusi jenis tarsius ini. Bustang juga menyampaikan bahwa masih banyak kekayaan hayati di Kepulauan Togean yang belum tersingkap, sehingga penelitian-penelitian di wilayah TNKT sangatlah diperlukan. Selain itu kegiatan sosialisasi dan evaluasi terhadap masyarakat sekitar kawasan togean untuk meningkatkan wawasan tentang hewan primata tersebut, agar masyarakat punya kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan primata yang dilindungi dan terancam punah tersebut.

Kamera jebak yang merekam tarsius ini adalah perangkat yang dipasang oleh Agus Jati, mahasiswa program doktoral dari Universitas Maine, Amerika Serikat yang sedang melakukan penelitian disertasi mengenai Babirusa Togean (Babirusa togeanensis). Meskipun target utamanya adalah babirusa, kamera jebak tidak pandang bulu dalam mengambil gambar, sehingga satwa apapun yang lewat didepannya akan terekam, termasuk tarsius. Saat ini, Agus, dibantu oleh staf Balai TNKT dan masyarakat mitra polhut, masih melanjutkan penelitiannya di Kepulauan Togean untuk mengkaji babirusa, tarsius, dan satwa-satwa lain yang mendiami wilayah tersebut.

Sumber : Agus  Jati  (Mahasiswa Program Doktoral dari Universitas Maine, Amerika Serikat ) dan Frenky Fernando Lawidu ( Pengendali Ekosistem Hutan ) – Balai TN Kep. Togean

Referensi

Shekelle, M. 2020. Tarsius niemitzi. The IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T162337005A171341769. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-3.RLTS.T162337005A171341769.en. Accessed on 21 August 2022.

Shekelle, M., Groves, C.P., Maryanto, I., Mittermeier, R.A., Salim, A. and Springer, M.S. 2019. A new tarsier species from the Togean Islands of Central Sulawesi, Indonesia, with references to Wallacea and conservation on Sulawesi. Primate Conservation 33: 1-9

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini