BBKSDA Papua Lepas 17 Satwa di HUT RI ke-77

Senin, 22 Agustus 2022

Kakatua raja (Probosciger aterrimus), salah satu satwa yang dilepasliarkan di Hutan Adat Isyo pada Sabtu (20/8). Foto: Zsa Zsa Fairuztania

Jayapura, 20 Agustus 2022 – Memperingati HUT RI ke-77 sekaligus melestarikan satwa liar milik negara, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan 17 satwa jenis aves. Kegiatan tersebut berlangsung pada Sabtu (20/8) di Hutan Adat Isyo, Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura. Jenis-jenis satwa yang dilepasliarkan adalah 2 ekor nuri kabare (Psittrichas fulgidus), 3 ekor kakatua raja (Probosciger aterrimus), 8 ekor kasturi kepala hitam (Lorius lory), 3 ekor nuri bayan (Eclectus roratus), dan 1 ekor kakatua koki (Cacatua galerita).

Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan, dan Pengawetan BBKSDA Papua, Lusiana Dyah Ratnawati, menjelaskan, “Dua ekor nuri kabare merupakan hasil pengamanan tumbuhan dan satwa liar oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Papua pada 18 Juli 2022. Sedangkan satwa lainnya merupakan hasil pengamanan tumbuhan dan satwa liar oleh BPPHLHK Maluku Papua Seksi Wilayah III Jayapura pada 26 Juli 2022.”

Menurut Lusiana, semua satwa telah menjalani masa habituasi di kandang transit satwa Buper Waena, dinyatakan dalam kondisi sehat, dan siap dilepasliarkan.

Terkait status satwa, Lusiana menjelaskan bahwa semua satwa tersebut dilindungi undang-undang berdasarkan UU No. 5 tahun 1990, yang daftar jenis satwanya termuat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Sementara dalam daftar IUCN, semua satwa berstatus Least Concern/LC (risiko rendah), kecuali nuri kabare berstatus Vulnerable/VU (rentan). Di sisi lain, daftar CITES mencantumkan semua satwa tersebut dalam Appendix II, kecuali kakatua raja terdaftar dalam Appendix I.

Pada momentum ini, Kepala BBKSDA Papua, A.G. Martana menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan pelepasliaran satwa ini.

“Setiap kegiatan lepas liar satwa selalu melalui proses yang panjang. Banyak energi kita curahkan untuk mengembalikan satwa-satwa ke habitatnya di alam. Untuk itu, saya kembali mengajak semua pihak agar terus berupaya membangun dan menumbuhkan kesadaran menjaga satwa liar beserta habitatnya. Mari berpikir perihal masa depan, bahwa alam semesta, hutan belantara beserta isinya, adalah titipan anak cucu yang hidup di masa mendatang. Kita wajib menjaga dan melestarikannya,” kata Martana.

Lebih lanjut ia menyampaikan, bahwa Hutan Adat Isyo sebagai salah satu lokasi lepas liar satwa BBKSDA Papua memerlukan dukungan semua pihak untuk terus melestarikannya. Sosok Alex Waisimon, pengelola Hutan Adat Isyo, yang visioner dan telah mencapai tingkat kesadaran sangat tinggi dalam menjaga alam ini memerlukan regenerasi. Papua, bahkan seluruh Nusantara perlu menciptakan iklim pendidikan, informasi, serta wawasan yang kondusif agar terus terlahir para pahlawan konservasi.(dd)

Sumber : Balai Besar KSDA Papua

Call Center BBKSDA Papua  : 0823 9770 9728

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini