Sosialisasi dan Pembentukan Tim Kerja Pemulihan Ekosistem SM Muara Angke

Jumat, 29 April 2022

Jakarta,  29 April 2022 Guna menyukseskan kegiatan pemulihan ekosistem Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selaku pengelola kawasan SM Muara Angke, bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) didukung para mitra Mangrove Ecosystem Restoration Alliances (MERA), yaitu APP Sinar Mas, PT Indofood Sukses Makmur, PT Chevron Pacific Indonesia, PT Djarum, dan HSBC, melakukan kegiatan “Sosialisasi dan Pembentukan Tim Kerja Pemulihan Ekosistem Suaka Margasatwa Muara Angke” pada 20 April 2022.

Kegiatan Sosialisasi Pemulihan Ekosistem Suaka Margasatwa Muara Angke pada tanggal 20 April 2022

Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja sama BKSDA Jakarta dengan YKAN melalui platform MERA dalam rangka penguatan fungsi SM Muara Angke sebagai pusat edukasi lingkungan dan restorasi ekosistem mangrove di Jakarta. “BKSDA Jakarta telah bekerja sama dengan YKAN untuk mengelola kawasan SM Muara Angke seluas 25,02 hektare yang salah satu tujuan utamanya adalah pemulihan ekosistem. Program ini dilakukan secara komprehensif, di antaranya dengan pembuatan sodetan air, perbaikan hidrologi, pengendalian jenis tumbuhan invasif, penanaman mangrove, pengendalian polutan, monitoring burung, pengukuran kualitas air, dan monitoring dinamika monyet ekor panjang,” jelas Kepala BKSDA Jakarta, Abdul Kodir.

Abdul Kodir menambahkan bahwa sebelum melaksanakan kegiatan Pemulihan Ekosistem di SM Muara Angke, BKSDA Jakarta dan YKAN telah menyusun Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) SM Muara Angke tahun 2020-2024. “Saya berharap melalui program ini, SM Muara Angke dapat menjadi pusat edukasi mangrove di Jakarta, serta memberi manfaat yang optimal untuk kita semua,” ujarnya.

Kini, program sudah memasuki tahap implementasi Dokumen RPE SM Muara Angke. Sosialisasi dan pembentukan tim kerja pemulihan ekosistem ini penting dilaksanakan untuk menghasilkan kesamaan pemahaman tentang perlunya kegiatan pemulihan ekosistem dan adanya suatu instrumen yang merencanakan, melaksanakan, memantau, dan menilai pelaksanaan pemulihan ekosistem di SM Muara Angke.

Ocean Protection Senior Manager YKAN, Yusuf Fajariyanto, mengatakan bahwa kawasan SM Muara Angke berperan penting, baik langsung maupun tak langsung terhadap kelangsungan hidup masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Bagi masyarakat, kawasan ini memberikan jasa lingkungan, seperti penyerap karbon, pengatur hidrologi, penyedia keanekaragaman hayati, hingga ekowisata. Tak hanya untuk manusia, hutan mangrove ini juga merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna.

Penghalang sampah berupa cerucuk bambu dengan ketinggian 2 meter di atas tanah sepanjang 203 meter dibangun di tepian Sungai Angke yang berbatasan dengan SM Muara Angke.

Akan tetapi, berdasarkan hasil pengamatan YKAN dan BKSDA Jakarta pada 2019, kawasan SM Muara Angke mengalami penurunan kondisi ekologi dari tahun ke tahun. Misal, burung dilindungi yang tercatat pernah dijumpai di kawasan ini sebelumnya mencapai 25 jenis, namun pada 2019 hanya dijumpai 17 jenis. Kondisi hidrologi perairan yang tidak lancar menyebabkan lahan tergenang air yang dalam, tumbuhan invasif melimpah, hingga pencemaran limbah cair serta sampah padat yang berasal dari Sungai Angke turut mencemari kawasan Suaka Margasatwa. Oleh sebab itu, kegiatan pemulihan ekosistem perlu untuk dilakukan.

Program pemulihan ekosistem di SM Muara Angke ini lebih fokus pada pendekatan restorasi karena tingkat kerusakan ekosistemnya cukup berat dengan masalah-masalah yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, perlu suatu upaya untuk mengembalikan kondisi ekosistem yang mendekati atau seperti semula, dengan harapan habitat bahkan jenis flora dan fauna yang telah hilang bisa kembali menghuni kawasan SM Muara Angke. Tentunya kegiatan restorasi ini menggunakan acuan ekosistem referensi dari SM Muara Angke itu sendiri di masa lampau ketika ekosistemnya masih baik, sehingga segala bentuk kegiatan restorasi di dalamnya seperti penanaman, pembinaan habitat, pengaturan hidrologi selalu berdasarkan pada ekosistem referensi tersebut.         

Rencana-rencana penanggulangan masalah tersebut, di antaranya dengan perbaikan hidrologi, pembuatan kanal air, pengendalian tumbuhan invasif, penyiapan lahan dan penanaman mangrove serta Ficus, serta pemasangan penghalang sampah pada areal yang berbatasan dengan Sungai Angke.

Live report kegiatan pengendalian tumbuhan invasif dalam acara sosialisasi.

Untuk menyelamatkan ekosistem mangrove di Jakarta, diperlukan sebuah tindakan bersama yang didukung strategi pengelolaan kolaboratif berbasis ekosistem, termasuk restorasi dan pengelolaan terpadu. “Melalui Program MERA kita berupaya menyatukan seluruh pihak yang peduli akan pelestarian mangrove, agar dapat bersama-sama melakukan pemulihan ekosistem di SM Muara Angke sebagai salah satu ekosistem mangrove yang masih tersisa di Jakarta,” terang Direktur Program MERA YKAN, Muhammad Imran Amin.

Dewi Sulastriningsih, Kepala Sub Direktorat Pemulihan Ekosistem dari KSDAE KLHK, turut menegaskan, “Pemulihan ekosistem tidak bisa dilakukan hanya dengan penanaman saja,  melainkan juga dengan pelibatan para pihak, konsistensi, dan pembelajaran dari program lainnya.” Ia menyebut kegiatan ini dapat menjadi keberhasilan bagi semua pihak. Selain itu, Dewi Sulastriningsih juga mengapresiasi Dokumen RPE SM Muara Angke yang dinilainya lengkap dan mampu memberi rencana yang spesifik.

 

Sumber: Balai KSDA Jakarta

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini