Minggu, 13 September 2020
Bukan tanpa alasan taman nasional yang berada di Provinsi Kalimantan Timur ini ditetapkan sebagai tuan rumah peringatan puncak HKAN tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nilai strategis Taman Nasional Kutai menjadikannya menyandang predikat sebagai "Megaecological Infrastructure". Bagaimana tidak, formasi Ulin di dalam taman nasional ini diakui sebagai yang terluas di Indonesia (Sawitri dan Adelia, 2016).
Selain itu, Taman Nasional Kutai sebagai satu-satunya taman nasional di Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu perwakilan hutan hujan tropis yang tersisa yang memiliki peran sangat penting tidak hanya sebagai water reservoir, tetapi juga sebagai genetic reservoir untuk menyuplai sumber daya genetik dan sumber cadangan benih yang tinggi (Moeliono dan Purwanto, 2008) serta menjadi rumah bagi populasi spesies endemik yaituorangutan, Pongo pygmaeus morio, yang populasinya berada dalam kondisi kritis (Lee et.al., 2019). "Discover the secret of Borneo lowland rainforest" demikian slogan yang disematkan untuk mengggambarkan hutan hujan dataran rendah Kalimantan yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Kutai, yang harus dijelajahi sehingga dapat mengetahui kekayaan di dalamnya. Keunikan-keunikan ini menjadi alasan bagi Taman Nasional Kutai menjadi salah satu tujuan wisata tidak hanya di tingkat lokal. Buku/situs Lonely Planet yang menjadi rujukan bagi para traveller seluruh dunia bahkan merekomendasikan Taman Nasional Kutai sebagai salah satu destinasi yang wajib dikunjungi. Berikut adalah obyek dan daya Tarik wisata alam, yang ditawarkan oleh Taman Nasional Kutai :
Merupakan objek wisata alam di Taman Nasional Kutai yang secara administratif berada di Kabupaten Kutai Timur dan berlokasi di tepi Sungai Sangatta, batas utara Taman Nasional Kutai. Objek wisata yang lokasinya cukup tersembunyi ini merupakan habitat orangutan sub spesies morio (Pongo pygmaeusmorio) yang hanya dijumpai di Kalimantan bagian timur. Orangutan morio memiliki bulu berwarna coklat kehitaman dengan rahang paling besar dan otak paling kecil. Orangutan ini mampu bertahan pada kondisi yang ekstrem, seperti kemarau yang panjang, pakan yang terbatas dan pergerakan yang kurang. Keberadaan orangutan liar di habitat aslinya ini telah menarik minat banyak wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini, khususnya wisatawan mancanegara.
Objek wisata ini juga merupakan stasiun penelitian orangutan yang lebih dikenal dengan nama Kamp Kakap. Karena keberadaan orangutan morio liar ini hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Kutai, maka slogan objek wisata alam Prevab adalah "Let's get closer to morio". Selain pengamatan orangutan yang menjadi atraksi utama objek wisata alam Prevab, wisatawan juga dapat menikmati keindahan pemandangan hutan hujan tropis dataran rendah yang merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa dan pohon-pohon berukuran besar. Berbagai jenis burung banyak dijumpai di kawasan ini, di antaranya dalah beberapa jenis enggang (Bucerotidae), luntur (Trogonidae), dan paok (Pittidae), termasuk paok kepala-biru (Hydrornis baudii) yang merupakan burung endemik Kalimantan. Selain itu, berbagai jenis serangga unik juga dapat ditemui di kawasan ini, salah satunya adalah lanternfly (Fulgoridae). Wisata jelajah malam juga menjadi atraksi yang banyak diminati wisatawan. Dalam wisata jelajah malam ini, wisatawan akan diajak untuk menikmati suasana hutan pada malam hari dan terutama untuk melihat aktivitas laba-laba tarantula.
Objek wisata alam Sangkima berada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Kutai Wilayah I Sangatta dan secara administratif berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Kawasan ini cukup banyak dikunjungi wisatawan karena aksesibilitasnya yang cukup mudah. Terletak di km 38 jalan poros Bontang – Sangatta, lokasi ini dapat dicapai dengan transportasi darat.Potensi wisata yang ada di Sangkima antara lain adalah hutan alam dengan berbagai tumbuhan terutama ulin (Eusideroxylon zwageri) dan dari famili Dipterocarpaceae, serta berbagai jenis satwa liar terutama jenis burung seperti kangkareng perut-putih (Anthracocereos albirostris), srigunting (Dicrurus spp.), dan sempidan biru (Lophura ignita). Kupu-kupu Idea hypermnestra (paper kite butterfly) yang berwarna putih bertotol hitam, sangat mudah ditemui sedang melayang dengan pelan dan sangat anggun. Untuk pengamatan satwa, selain perlu ketepatan waktu pengamatan, wisatawan juga harus dapat menjaga ketenangan hutan selama penjelajahan. Daya tarik lainnya di Sangkima adalah petualangan jelajah hutan.
Kawasan wisata ini memiliki beberapa objek daya tarik wisata, baik yang alami maupun buatan. Pohon ulin raksasa yang diperkirakan berumur 1.000 tahun dan memiliki diameter 2,49 meter merupakan atraksi utama yang dapat ditemukan setelah menyusuri boardwalk sepanjang kurang lebih 900 m. Pohon ulin raksasa tersebut diperkirakan merupakan pohon ulin tertua di dunia. Karena itulah, slogan objek wisata alam Sangkima ini adalah "The wonder of giant ironwood".Untuk mengelilingi kawasan wisata alam Sangkima sepanjang 4 km, wisatawan harus melewati trek wisata serta sungai dan tebing yang dapat dilintasi dengan meniti jembatan yang konstruksinya dikondisikan dapat bergoyang, seperti jembatan gantung dan jembatan sling. Canopy trail dan rumah pohon merupakan atraksi wisata lainnya yang dapat dinikmati oleh wisatawan.
Saat berkunjung di pagi hari, wisatawan akan disambut nyanyian merdu burung remetuk laut (Gerygone sulphurea), suara ribut burung cekakak sungai (Todiramphus chloris), dan riuhnya burung-burung penghuni mangrove lainnya. Suasana syahdu hutan mangrove saat air pasang tinggi, ramainya monyet ekor panjang yang sedang mencari makan berupa kepiting di antara perakaran mangrove saat air laut surut, anggunnya burung bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) dan elang bondol (Haliastur indus) yang terbang melayang-layang saat udara panas, serta rombongan burung kuntul yang melintasi perairan untuk pulang ke sarang saat senja hari, akan menjadi kenangan indah bagi wisatawan. Dari menara pandang, wisatawan juga dapat menikmati indahnya kawasan mangrove dan laut di sekitar Bontang Mangrove Park.Bontang Mangrove Park menyediakan fasilitas berupa aula berkapasitas 150-200 orang dan lapangan luas bagi wisatawan yang ingin melakukan kegiatan dengan peserta yang cukup banyak. Gazebo-gazebo sepanjang jalur wisata juga bisa menjadi pilihan bagi wisatawan yang ingin menikmati hutan mangrove bersama keluarga dan sahabat.
Selain itu, bumi perkemahan yang telah ditata rapi akan menjadikan kegiatan berkemah di Bontang Mangrove Park lebih menyenangkan.Dengan konsep edukasi yang diusung dalam pengelolaan Bontang Mangrove Park, maka wisatawan yang berkunjung ke Bontang Mangrove Park akan selalu diajarkan untuk menghargai alam, seperti menjaga ketenangan di dalam hutan, meminta wisatawan untuk bertanggung jawab terhadap sampah masing-masing dengan membawa kembali sampah ke luar hutan, tidak merusak tumbuhan di dalam hutan, dan tidak memberi makan satwa agar tidak mengubah perilaku satwa tersebut.
Selain melimpahnya kekayaan keanekaragaman hayati, Taman Nasional Kutai juga memiliki potensi kawasan bukit kapur/gamping/karst yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Di kawasan Taman Nasional Kutai, pada beberapa kawasan jelas menunjukkan sisa batuan karst, yaitu mempunyai 11 sungai bawah tanah, bahkan pada beberapa gua terdapat anak sungai yang menghilang masuk ke batu gamping. Kawasan karst Taman Nasional Kutai termasuk dalam karst Kandolo. Karst Kandolo mempunyai bentangan utara-selatan, namun arah guanya tidak serta merta memanjang utara-selatan. Puncak-puncak bukit gamping yang merupakan gugusan karst Kandolo tersebut relatif berbukit landai dan tidak membentuk tebing-tebing karst yang curam. Ekosistem gua-gua di Kandolo banyak dibantu oleh masih baiknya hutan-hutan di wilayah perikarsnya. Bukit karst Kandolo tidak mempunyai gua-gua yang luas. Gua yang besar adalah Gua Lubang Angin dan Gua Sampe Marta. Selain menjadi tempat hidup bagi kelelawar, walet dan satwa-satwa gua lainnya, gua-gua karst tersebut juga berfungsi sebagai penyimpan air. Untuk kegiatan wisata penelusuran gua, saat ini hanya Gua Lubang Angin dan Gua Sampe Marta yang boleh dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan gua-gua yang lain hanya diizinkan untuk kegiatan penelitian. Gua Lubang Angin berada di Resor Teluk Pandan dan lokasinya cukup jauh.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke gua Lubang Angin harus berjalan kaki sekitar 4 jam dari Jalan Poros Bontang-Sangatta saat musim hujan. Saat musim kemarau, perjalanan bisa ditempuh dengan mengendarai motor dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Topografi menuju gua tersebut bervariasi, namum umumnya landai. Gua ini merupakan gua dengan lorong-lorong cukup besar dengan kedalaman lorong hingga 219 meter. Selain itu gua ini juga memiliki banyak lubang muara, sehingga angin berhembus dengan baik di dalam gua. Sebagian besar gua sudah dalam kondisi tidak aktif dan menjadi fosil, namun pada tingkat terbawah gua terdapat aliran sungai bawah tanah dengan debit kecil yang diperkirakan berasal dari Sungai Teluk Pandan. Pada lorong utama dijumpai sebuah stalagmit besar yang masih hidup. Stalagmit ini masih terus mendapat suplai air yang menetes dari stalagtit di atasnya.Gua Sampe Marta juga terdapat di Resor Teluk Pandan. Lokasi gua tersebut sekitar 12 km dari jalan poros Bontang - Sangatta.
Topografi menuju gua berbukit-bukit pendek, namun cukup curam untuk dilalui kendaraan. Sebelum memasuki gua, wisatawan harus berjalan kaki menyusuri aliran sungai yang berbatu-batu dan mengalir dari dalam gua. Sepanjang dinding gua banyak dijumpai kelelawar. Pada pintu utama terdapat aliran air dari dalam gua. Aliran air tersebut terdapat hampir di seluruh lorong gua Sampe Marta. Kedalaman air sungai di dalam gua bervariasi di setiap lorong dan ada yang mencapai 50 cm. Bentuk lorong gua yang sempit, serta adanya ornamen gua yang berukuran besar mengakibatkan wisatawan harus menunduk dan berjalan jongkok di beberapa bagian lorong untuk melanjutkan ke lorong berikutnya. Pintu keempat gua Sampe Marta berjarak 330 meter dari pintu utama dan jarak ini merupakan panjang keseluruhan lorong.
Selamat Hari Konservasi Alam 2020!
Sumber: Direktorat PJLHK
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0