Budaya 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun) Masyarakat Yende

Senin, 27 Juli 2020

Menginjakkan kaki pertama kali di daerah yang belum pernah didatangi sebelumnya sudah pasti akan banyak pertanyaan yang timbul, rasa penasaran bahkan tak jarang muncul perasaan was-was terhadap daerah tersebut. Seperti halnya saya sebagai CPNS yang akan ditempatkan di wilayah kerja Papua Barat tepatnya di Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) dengan SK Penempatan di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah IV Roon. Setiap daerah atau wilayah tertentu tidak lepas dari adanya masyarakat yang mendiaminya.

Pulau Roon, sebuah pulau kecil yang berada di Timur Indonesia tepatnya di Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Pulau yang merupakan bagian dari wilayah kerja BBTNTC ini yakni SPTN Wilayah IV Roon menyimpan berbagai sumber daya alam yang sangat penting sehingga harus dijaga kelestariannya. Perjalanan menuju ke pulau ini hanya bisa ditempuh menggunakan transportasi laut yang biasa disebut kapal cepat dengan lama perjalanan 6 jam. Ketibaan pertama kali di pulau ini memberikan kesan yang sangat memuaskan. Laut jernih dengan langit biru bagai atap dan lantai yang tak terpisahkan. Belum lagi hijau pepohonan mempercantik pemandangan. Inilah Pulau Roon, keindahannya bagai surga di Barat Papua. Distrik Roon terdiri dari beberapa kampung dan pulau-pulau kecil tak berpenghuni. Kampung-Kampung tersebut terletak di Pulau Roon dan salah satunya terdapat Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih yaitu di Kampung Yende. Sebelumnya, tidak pernah terlintas di pikiran saya tentang keadaan dan perilaku masyarakat di kampung ini. Bahkan sempat terlintas apakah masyarakat di sana akan menerima saya dengan baik? Bagaimana adat istiadat di sana?

Sesampainya di Kampung Yende, sayapun mencoba beradaptasi dengan masyarakat Kampung Yende. Hal tidak terduga pada saat memasuki kampung ini adalah semua orang yang dijumpai menyapa dengan ramah, senyum, sopan dan santun. Sikap ini selalu saya jumpai  setiap kali bertemu dengan orang-orang di kampung tersebut. Saya tidak memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan mereka bahkan saya diijinkan dari rumah ke rumah untuk bertamu dan berbagi cerita dengan bapak-bapak, mama-mama (sapaan akrab untuk ibu-ibu) dan anak-anak sekolah.

Tugas pertama yang harus saya kerjakan adalah melakukan sosialisasi mengenai satwa yang dilindungi di TNTC. Tentunya saya harus membangun komunikasi yang baik dengan organisasi yang ada di Kampung Yende agar kegiatan yang saya rencanakan berjalan dengan lancar. Sosilisasi yang pertama ini dilakukan kepada Kelompok Mama-Mama Kampung Yende. Bahagia rasanya dapat berinteraksi langsung dan berbagi cerita bersama mama-mama yang sudah tentu lebih banyak tau tentang keberadaan satwa seperti penyu, kima dan duyung yang hampir punah.

Sesuatu yang unik saya jumpai adalah pada setiap kegiatan, ada yang wajib disajikan yaitu pinang. Saya sendiri akhirnya sempat mencoba makan pinang karena belajar dari kebiasaan masyarakat di kampung ini. Masalah yang saya temukan namun tidak begitu berpengaruh yaitu sebagian besar dari masyarakat mengalami kesulitan membaca sehingga pada saat saya membagikan materi dalam bentuk leaflet ataupun poster, sebagian orang tidak terlalu paham. Untuk mengatasi masalah tersebut, saya memaksimalkan sosialisasi secara oral dan lebih banyak diskusi atau sesi tanya jawab. Perlahan saya juga mempelajari beberapa kata dalam bahasa daerah mereka misalnya “tete ruga” yang berarti penyu. Hal ini perlu dilakukan agar komunikasi lebih lancar dan terbuka. Sangat menyenangkan berbagi ilmu dengan mama-mama karena mereka begitu antusias dalam menerima materi. 

Tidak hanya kepada orang tua, anak sekolah juga menjadi target sosialisasi untuk menanamkan pengetahuan sejak dini tentang keberadaan TNTC dan pentingnya melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, selang sehari setelah melakukan sosialisasi kepada mama-mama, saya juga melakukan sosialisasi kepada siswa-siswi SD YPK Yende kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Awalnya perasaan was-was timbul kalau-kalau mereka tidak mau menerima dengan baik. Akan tetapi pada kenyataannya anak-anak sangat antusias dalam menerima materi. Pelan-pelan saya menjelaskan tentang materi dan diselingi dengan games serta pemutaran video terkait materi sosialisasi. Dari pengalaman pertama berinteraksi dengan anak-anak di Distrik Roon, mereka belum mengetahui tentang TNTC dan tidak memahami apa itu konservasi sehingga sangat diperlukan sosialisasi lanjutan.

  

Sosialisasi Pertama kali Kepada Siswa-Siswi SD YPK Yende

Sosialisasi di Kampung Yende merupakan sosialisasi pertama yang saya lakukan setelah beberapa hari menginjakkan kaki di SPTN IV Roon dan tugas pertama saya di BBTNTC. Rasa senang dan bangga bisa beradaptasi dengan baik dengan masyarakat di Kampung Yende. Semoga hubungan baik yang telah terbangun dapat bertahan sampai akhir.

 

Sumber: Krisensia Yayuk Mangguali, S.Hut (Calon Penyuluh Kehutan Pertama)

Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini