Rabu, 22 Mei 2024 BBKSDA Sumatera Utara
Rafflesia meijerii keragaman hayati endemik Sumatera Utara
Sidikalang, 22 Mei 2024. Keanekaragaman hayati pada dasarnya sangat bervariasi, baik satwa maupun tumbuhan yang hidup di suatu kawasan hutan, terutama di kawasan konservasi yang bila terjaga keberadaannya tentunya akan menghuni dan memenuhi kawasan konservasi. Oleh itu menjadi penting menyadari bahwa kita harus menjadi bagian dari rencana untuk menjamin keberlangsungan keanekaragaman hayati di seluruh dunia, khususnya di bumi Indonesia.
Semangat ibu memasak nasi……
Nasinya di makan bersama terasi…
Selamat memperingati hari keanekaragaman hayati……
Mari kita lestarikan secara kolaborasi….
Demikian sebuah pantun sebagai pembuka untuk memperingati International Day for Biological Diversity atau Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia Tahun 2024. Disebut sebagai keanekaragaman karena sangat banyak komponen-komponen flora dan fauna yang hidup, tumbuh dan berkembang di bumi Nusantara. Keanekaragaman hayati ini memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan, sehingga sebagai masyarakat sejatinya kita harus peduli dengan menjaga dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati tersebut.
Tentunya menjadi urgen jika seluruh komponen ikutserta menjadi bagian dari rencana dalam mengembangkan serta membangun kepedulian guna menjaga keanekaragaman hayati, yang dimulai dari diri sendiri dengan hal terkecil dalam berbagai aktivitas kehidupan. Sebagai umat ciptaan Tuhan yang mulia di dunia, maka kita diharapkan sebagai garda terdepan dalam mempertahankan keberlangsungan keanekaragaman hayati, dan menularkan energi serta dampak positif ke lingkungan sekitar, sehingga mampu mendorong gerakan bersama menjaga kelestarian keragaman hayati yang ada di sekitar lingkungan kita.
Kawasan konservasi Suaka Margasatwa (SM) Siranggas, menjadi habitat beberapa satwa kunci, diantaranya Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Sebagai seorang penyuluh kehutanan dituntut harus mampu berkreasi memberikan pandangan dan pemikiran tentang menjaga keseimbangan ekosistem di dalam kawasan konservasi terutama di SM Siranggas. Banyak keanekaragaman hayati yang menarik di kawasan SM Siranggas selain dari satwa kunci tersebut, yang tentunya mempunyai kedudukan yang sama juga untuk mendapat perhatian dan perlindungan, seperti keanekaragaman jamur dan tumbuhan kayu keras diantaranya pohon meranti yang umurnya diperkirakan sekitar 100 tahunan di wilayah Desa Majanggut II. Tidak hanya itu, koleksi lainnya anggrek Tainia wrayana yang unik dan mempesona juga merupakan endemik kawasan SM Siranggas.
Anggrek Tainia wrayana
Menjadi catatan penting pula, bahwa kawasan SM. Siranggas merupakan salah satu opsi untuk lokasi kegiatan lepasliar satwa dilindungi jenis Orangutan Sumatera, mengingat kawasan ini memenuhi kriteria dalam ketersediaan sumber pakan serta kerapatan pepohonan yang masih terjaga dengan baik sehingga direkomendasikan layak menjadi tempat pelepasliaran.
Bukan hanya kawasan SM Siranggas saja yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, ada juga kawasan konservasi lainnya di Sumatera Utara, yaitu TWA Sicike-cike yang disebut surganya tanaman anggrek hutan. Ada ratusan koleksi tumbuhan yang memenuhi dan menghiasi kawasan ini, salah satu nya adalah jenis Nepenthes atau yang kita kenal sebagai kantung semar. Tidak hanya itu, kawasan TWA Sicike-cike juga memiliki 3 danau, dan danau-danau tersebut merupakan salah satu potensi besar dalam mendukung keberlangsungan keanekaragaman hayati yang ada di dalam dan lingkungan sekitarnya .
Salah satu bunga yang sangat langka juga ada di kawasan TWA Sicike-cike yaitu Rafflesia meijerii yang tumbuh di dalam kawasan tersebut, tentunya ini menjadi potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi sehingga perlu upaya-upaya atau langah-langkah maksimal dan optimal untuk melindungi dan mempertahankan kelestariannya di habitatnya.
Terakhir, ada juga kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang unik, yaitu kawasan TWA Deleng Lancuk, yang kaya dengan keragaman potensi tanaman obat, sehingga mendorong peneliti dan akademisi untuk melakukan riset (penelitian) serta pengembangan menjadikannya obat-obat tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Sekali lagi, tanaman obat merupakan salah satu potensi besar yang dimiliki oleh TWA Deleng Lancuk selain keindahan Danau Lau Kawarnya, yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Tanaman obat di TWA. Deleng Lancuk
Melihat besarnya potensi keanekaragaman hayati yang tumbuh dan berkembang di beberapa kawasan konservasi, dan secara nyata memberi manfaat serta dampak positif langsung baik bagi pengembangan kawasan wisata edukasi konservasi alam maupun bagi budidaya tanaman obat-obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional, maka menjadi kebutuhan krusial menjaga dan melindungi keberadaan kawasan agar terus mendatangkan manfaat.
Oleh karena itu, setiap orang sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing, penting perannya menjadi bagian dari rencana mempertahankan keberlangsungan keanekaragaman hayati sebagai komponen terbesar yang ada di dalam ekosistem. Sebagai penyuluh kehutanan misalnya, dapat memainkan peran dalam mensosialisasikan baik kepada masyarakat sekitar maupun kepada masyarakat umum lainnya melalui berbagai metode dan media yang ada.
Sehingga dengan gerak bersama, melalui kegiatan-kegiatan sederhana yang dimulai dari diri sendiri dan memanfaatkan segala potensi yang ada, diharapkan dapat memberi efek atau dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Ingat bahwa keragaman hayati bukanlah warisan, melainkan titipan anak cucu kita yang perlu terus dilestarikan keberadaannya…..
Sumber : Alamuddin Sahputra, S.Hut. (Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama) - Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5