Senin, 14 Agustus 2023 BBKSDA Sumatera Utara
Medan, 14 Agustus 2023. Hari Harimau Sedunia atau dikenal juga dengan Global Tiger Day merupkan perayaan tahunan terhadap usaha konservasi harimau, yang diperingati setiap tanggal 29 Juli. Pertama kali digagas di Saint Petersburg Tigger Summit pada tahun 2010. Menurunnya populasi harimau di beberapa negara mendasari lahirnya gerakan ini.
Tujuan dari perayaan atau peringatan Global Tiger Day adalah untuk mempromosikan sistem global dalam rangka melindungi habitat alami harimau dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu konservasi harimau. Balai Besar KSDA Sumatera Utara bersama dengan berbagai mitra dan institusi terkait, tidak melewatkan momen penting ini dan ikut merayakannya dengan melakukan giat talkshow yang bertepatan juga dengan momen peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Tahun 2023, pada Kamis 10 Agustus 2023, di halaman Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Tema talkshow yang diusung adalah Mengembalikan Kekuasaaan Sang Raja Rimba, yang sejalan dengan tema Global Tiger Day Nasional yaitu Know Your Tigers. Talkshow menghadirkan narasumber, terdiri dari : Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara Rudianto Saragih Napitu, S.Si., M.Si., Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Ir. Yuliani Siregar, M.AP., perwakilan Polda Sumatera Utara Kompol Samosir, perwakilan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Irma Hasibuan, SH., akademisi perguruan tinggi Dr. Pindi Patana, S.Hut., M.Si. dan aktivis harimau Harray Sam Munthe.
Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Rudianto Saragih Napitu, dalam paparannya menyampaikan bahwa Balai Besar KSDA Sumatera Utara menemukan kelahiran baru beberapa ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Kelahiran ini menjadi kabar gembira tentunya ditengah ancaman kerusakan habitat dan interaksi negatif dengan manusia yang masih kerap terjadi. Namun hal ini bisa menjadi masalah ke depan karena harimau membutuhkan areal teritori. Semakin banyak populasi harimau, semakin luas teritori yang dibutuhkan. Harimau adalah individu soliter, tidak berkelompok seperti singa.
“Karena harimau bukan hewan berkelompok, ini menjadi pekerjaan rumah untuk menyediakan teritorinya. Bila kita tidak menjamin adanya habitat yang layak untuk mereka hidup, kedepan interaksi negatif dengan masyarakat tak terhindari dan semakin intens,” ujar Rudianto.
Beberapa hal yang juga menjadi catatan penting menurut Rudianto adalah masih ditemukannya pemasanga jerat oleh masyarakat di beberapa tempat. Meskipun jerat dimaksudkan untuk memburu babi hutan, namun dalam beberapa kasus justru yang menjadi korban adalah jenis satwa liar dilindungi, termasuk harimau. Masyarakat juga sulit menerima harimau untuk dievakuasi dan dilepasliarkan ke hutan di dekat desanya. Sehingga ini pun menjadi tantangan yang harus dicarikan solusinya
Oleh karena itu Balai Besar KSDA Sumatera Utara mengajak seluruh komponen, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, penegak hukum, NGO/LSM, akademisi perguruan tinggi, pihak swasta maupun masyarakat untuk bersama-sama bergandeng tangan menyelesaikan permasalahan dengan ikut menjaga serta melindungi bukan hanya harimaunya saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah habitatnya. Harmonisasi dalam kolaborasi akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang sudah dan akan timbul, sehingga kekuasaan sang raja pun rimba dapat dikembalikan.
Narasumber lainnya menyatakan dukungan terhadap upaya-upaya yang sedang dan akan dilakukan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara dalam mengembalikan kekuasaan sang raja rimba, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta perannya masing-masing.
Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5