Observasi Potensi Daya Tarik Wisata Alam di Resort Kampung Rinca

Senin, 12 Desember 2022

Labuan Bajo, 12 Desember 2022. Empat mahasiswa Politeknik Pariwisata NHI Bandung bercerita mengenai pengalaman magangnya pada rangkaian program Junior Park Ranger (JPR) Balai Taman Nasional (BTN) Komodo selama enam bulan mulai dari bulan Agustus – Desember 2022. Keempat mahasiswa pertama kali ditempatkan bertugas di Resort Kampung Rinca pada tanggal 21 – 31 Agustus 2022 dibawah pengawasan Fahri Ikhlas (Kepala Resort Kampung Rinca)nuntuk mengobservasi potensi daya tarik wisata alam di sekitar wilayah Kampung Rinca, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I, Balai Taman Nasional Komodo.

Keempat mahasiswa yang berasal dari prodi Manajemen Destinasi Pariwisata dan Manajemen Pengaturan Perjalanan ini mengikuti seluruh rangkaian tugas jagawana (ranger) Resort Kampung Rinca dengan pendampingan dari petugas, menjelajahi jalur patroli di hutan dan lautan, berinteraksi dengan kelompok dan komunitas masyarakat, serta melakukan pengamatan hidupan liar di alam. Mahasiswa mendapatkan kesempatan mengunjungi Batu Balok dan Gua Kalong di pedalaman hutan. Batu Balok sendiri merupakan bongkahan batu volkanik yang diduga terbentuk akibat erupsi gunung api pada waktu silam yang kemudian membentuk pilar-pilar panjang di tengah hutan. Masyarakat Kampung Rinca percaya bahwa batu ini sudah terbentuk raturan tahun silam dan beberapa menganggapnya sebagai sebuah obyeknya yang disakralkan oleh karena cerita legendanya. Menariknya, pada ujung pilar batu tersebut tampak terlihat presisi segi enam yang membuat imajinasi manusia berpikir keras membayangkan proses pembentukan batu tersebut yang sebenarnya. Jarak antara Batu Balok dengan Dermaga Kampung Rinca mencapai 3.7 Km.  Selain Batu Balok, mahasiswa turut mengunjungi Gua Kalong yang berjarak + 1.4 Km dari dermaga Kampung Rinca. Gua Kalong ini merupakan habitat bagi Kelelawar Kubu Nusa Tenggara (Dobsonia peronii). Gua ini cukup sempit untuk dimasuki oleh beberapa orang dewasa sehingga perlu kehati-hatian dan keterampilan saat beraktivitas di dalamnya.

Selain potensi daya tarik wisata alam di daratan, Resort Kampung Rinca juga memiliki beberapa obyek daya tarik wisata alam (ODTWA) perairan yang tidak kalah cantik parasnya. Resort Kampung Rinca memiliki Pulau Kalong dan Batu Strawberry yang kerap dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia. Sebagai contoh, Batu Strawberry atau lebih dikenal dengan sebutan strawberry stone seringkali menjadi lokasi foto favorit wisatawan karena keunikan warna batunya yang berwarna merah muda. Batu Strawberry berjarak + 15 menit dengan perahu dari Dermaga Kampung Rinca. Meski memiliki bentang alam yang indah, batu ini cukup terjal dan aksi berfoto pada batu cukup berbahaya sehingga wisatawan harus selalu didampingi oleh pemandu selama beraktivitas pada ODTWA tersebut.

Mahasiswa turut melakukan monitoring kelelawar yang terbang keluar dari Pulau Kalong menuju daratan Flores bersama petugas Resort Kampung Rinca. Petugas menghitung menggunakan teknik bat emergence counting dan menjumpai setidaknya 10.000 kalong besar (Pteropus vampyrus) terbang ke dua arah yang berbeda. Koloni kalong besar ini hidup bertengger pada pepohonan mangrove yang sangat tebal hingga membuat sebuah pulau yang berjarak cukup dekat (+ 10 menit dengan perahu) dari Dermaga Kampung Rinca.

Keempat mahasiswa Poltekpar NHI Bandung berhasil melakukan observasi setidaknya pada empat potensi daya tarik wisata alam yang ada di wilayah kerja Resort Kampung Rinca. Mahasiswa menyimpulkan bahwa Desa Pasir Panjang dinilai cukup layak untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai destinasi wisata desa pesisir yang keberadaannya sangat penting dan dapat menjadi salah satu alternatif destinasi wisata di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Lebih lanjut, mahasiswa berharap agar berkembangnya wisata desa di Kampung Rinca turut dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat Rinca pada tahun yang akan datang.

Resort Kampung Rinca merupakan salah satu resort jaga Balai Taman Nasional Komodo yang berada dalam wilayah tata ruang Zona Khusus Pemukiman. Resort ini memiliki mandat untuk menjaga kelestarian ekosistem, utamanya yang hidup di sekitar wilayah Desa Pasir Panjang. Desa Pasir Panjang memiliki tiga dusun atau masyarakat lokal menyebutnya dengan istilah kampung, yaitu: Dusun Rinca, Dusun Kerora, dan Dusun Kukusan. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor: 106/KEP/HK/2021 Tanggal 30 April 2021 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor: 237/KEP/HK/2020 Tentang Penetapan Desa/Kelurahan Wisata di Kabupaten Manggarai Barat, Desa Pasir Panjang termasuk ke dalam 94 desa di Kabupaten Manggarai Barat yang ditunjuk menjadi Desa Wisata. Hal ini  mendorong Balai Taman Nasional Komodo untuk turut mendukung perencanaan dan pelaksanaan aktivitas ekowisata di wilayah desa untuk dilakukan secara berkelanjutan dan tetap pada koridor peraturan yang berlaku.

Sumber : Balai Taman Nasional Komodo

Penanggungjawab Berita: Kepala Balai Taman Nasional Komodo - Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. (+6285215959862)

Penulis Berita: Mahasiswa Manajemen Destinasi Pariwisata Politeknik Pariwisata NHI Bandung - Andreas Yudha Pratama Pah (+628122144066) dan Mahasiswa Manajemen Pengaturan Perjalanan Politeknik Pariwisata NHI Bandung - Dewi Meisya Maulidda (+6289524383268)

Penyunting Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama - Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.Sc. (+6281310300678)

Informasi Lebih Lanjut: Call Center Balai Taman Nasional Komodo (+6281138290000)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini