Umbi-Umbian Bermanfaat di Kawasan Hutan Tambora

Senin, 21 Februari 2022

Pekat, 21 Februari 2022. Tambora merupakan kawasan hutan yang sudah sejak lama menjadi tumpuan beberapa masyarakat sekitar. Sebelum masyarakat mengenal beras, beberapa umbi-umbian sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lereng tambora untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Potensi ini tidak bisa dikerdilkan meski beras sudah menjadi bahan makanan utama. Sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian dapat menjadi alternatif pangan lokal, sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan hutan.

Berdasarkan hasil kajian di kawasan Taman Nasional Tambora, ada beberapa umbi-umbian yang dapat menjadi bahan pangan atau sumber karbohidrat alternatif untuk masyarakat. Meski belum atau tidak dapat menggantikan beras sebagai makanan pokok, umbi-umbian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan lainnya dan beberapa umbi memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Diantara umbi-umbian yang diketahui memiliki manfaat bagi masyarakat adalah suweg, porang, dan gadung.

Suweg adalah tanaman anggota marga Amorphophallus dan masih berkerabat dekat dengan bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan Porang/ iles-iles (A. muelleri). Tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) telah lama dikenal di Indonesia. Pada jaman penjajahan jepang, umbi suweg berperan sebagai sumber cadangan pangan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat yang terkendala untuk menyediakan beras atau bahan pangan karbohidrat lainnya. Umbi suweg termasuk umbi batang, merupakan perubahan bentuk dari batang yang berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan sumber karbohidrat (Pitojo, 2007).

Umbi-umbian selanjutnya yang merupakan sumber karbohidrat adalah Porang. Seperti umbi - umbian pada umumnya tanaman porang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan serat pangan. Karbohidrat merupakan kandungan penting dalam umbi porang yang terdiri dari pati, glukomanan, serat kasar, dan gula reduksi. Kandungan glukomanan yang tinggi merupakan ciri spesifik dari umbi porang. Glukomanan dapat dimanfaatkan pada berbagai industri pangan, kimia, dan farmasi, antara lain untuk produk makanan seperti konyaku, shiratake (berbentuk mie); sebagai bahan campuran/tambahan pada berbagai produk makanan; bahan pengisi dan pengikat tablet; bahan pelapis (coating dan edible film); bahan perekat (lem dan cat tembok); pelapis kedap air; penguat tenunan dalam industri tekstil; media pertumbuhan mikrobia; dan bahan pembuat kertas yang tipis, lemas, dan tahan air (Saleh dkk, 2015).

Jenis Umbi-umbian bermanfaat yang terakhir adalah Gadung. Gadung (Dioscorea hispida Dennst.) adalah jenis tanaman berumbi yang umumnya dipakai sebagai tanaman pangan. Berbeda dengan tumbuhan suweg dan porang, gadung merupakan tumbuhan merambat dengan Panjang bisa mencapai lebih dari 20 meter. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas). Ciri khas ini penting untuk membedakannya dari gembili (D. aculeata) yang memiliki penampilan mirip namun batangnya berputar ke kanan. Gadung merambat pada tumbuhan berbatang keras. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga dapat dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi).

Suweg dan porang banyak di jumpai di daerah dengan naungan yang cukup rapat, atau pada lembahan-lembahan dekat dengan sumber air. sedangkan tumbuhan Gadung banyak di jumpai di hutan hutan musim yang banyak terdapat di wilayah Dorocanga dan sekitarnya. Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar Suweg dan Gadung dahulu dimanfaatkan sebagai pengganti makanan pokok mereka pada masa paceklik. Saat ini masyarakat sekitar Tambora sudah sangat jarang memanfaatkan umbi-umbian dari hutan. Kemungkinan besar karena perubahan pola hidup atau generasi saat ini sudah tidak mengetahui cara maemanfaatkan tumbuhan tersebut.

Umbi-umbian yang berada di dalam kawasan hutan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Tambora. Beragam potensi manfaat dapat diperoleh dari umbi-umbian tersebut, baik pemanfaatan langsung sebagai sumber pangan alternatif, atau manfaat turunan setelah melalui pengolahan. Karena umbi yang terpendam dalam tanah bukan berarti nihil manfaat, bisa jadi kita belum mengetahui saja manfaatnya karena sudah terlanjur meremehkan. Semoga kedepan Umbi-umbian yang terpendam di dalam tanah tidak lagi dipandang sebelah mata, sehingga dapat memberi manfaat besar untuk masyarakat di sekitar Tambora.

Sumber : Samsul Maarif - PEH SPTN II Pekat/Kempo, Balai Taman Nasional Tambora

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini