Temuan Dua Bunga Bangkai di TN Bukit Tigapuluh

Jumat, 18 Februari 2022

Rengat, 18 Februari 2022. Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh menemukan 2 (dua) bunga bangkai (Amorphophallus) yang tergolong kedalam spesies Amorphophallus gigas berdasarkan ciri dan morfologinya, dimana 1 (satu) bunga dalam kondisi sudah mekar dan 1 (satu) bunga masih dalam kondisi kuncup. Bunga bangkai tersebut ditemukan petugas saat melakukan kegiatan patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut (MMP), pada minggu ke-2 bulan Februari di zona rimba yang berada di wilayah kerja Resort Lubuk Mandarsah, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tebo Jambi.

Dalam dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bukit Tiga Puluh tahun 2022 sampai tahun 2031, bunga bangkai merupakan salah satu jenis flora yang termasuk dalam daftar jenis tumbuhan langka, sehingga temuan ini membuktikan bahwa keberadaan bunga bangkai di dalam Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh masih terjaga kelestariannya mengingat temuan ini merupakan temuan kedua di lokasi yang sama.  

Menurut IUCN Red List, jenis Amorphophallus gigas masuk dalam kategori Endangered (EN) atau genting, dimana jenis ini mengalami resiko kepunahan yang tinggi di alam dan dimasukkan kategori punah di alam jika dalam waktu tertentu tidak dilakukan perlindungan terhadap populasinya. Namun, dalam PerMenLHK no. 106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi, jenis Amorphophallus gigas tidak termasuk dalam kategori dilindungi. Sebagai bentuk perhatian Pemerintah melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan dokumen strategi rencana aksi konservasi flora langka Amorphophallus spp tahun 2015 sampai tahun 2025 dan menjadi flora pertama yang memiliki dokumen SRAK bersama dengan flora langka Rafflesia spp.

Menurut LIPI dalam Buku Tumbuhan Langka Indonesia, diketahui bahwa populasi bunga bangkai di alam telah menurun secara terus menerus dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya hutan dataran rendah Pulau Sumatera. Kecepatan penurunan populasi ini akan terus meningkat sejalan dengan penurunan populasi burung rangkong sebagai satu-satunya satwa pendistribusi dan penyebaran populasinya. Prediksi para ahli, jika kondisi ini tidak membaik, maka dalam 10 tahun ke depan kita mungkin akan kehilangan jenis ini di alam.

Bunga Bangkai adalah sekelompok tumbuhan dari "genus Amorphophallus" yang termasuk anggota dari suku talas-talasan (Araceae). Bunga ini merupakan tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Bunga ini dapat ditemukan pada habitat hutan tropis di Sumatera, khususnya pada ketinggian diantara 120 sampai 365 meter diatas permukaan laut. Terdapat sekitar 170 spesies bunga bangkai di seluruh dunia. Spesies yang terkenal di Indonesia diantaranya adalah : Amorphophallus titanium, A. gigas. A. decussilvae, A. beccarii, A. Campanulatus dan A. oncophyllus

Bunga Bangkai memiliki ciri khas yang berbeda dengan kebanyakan jenis bunga lain karena memancarkan aroma busuk seperti bau bangkai. Sangat berbeda dengan kebanyakan jenis bunga lain yang berbau harum. Soal ukuran, Bunga Bangkai memiliki postur besar dan merupakan bunga tertinggi di dunia.

Kelestarian bunga bangkai juga menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya dan kelestarian makhluk hidup lainnya. Dari sisi ilmu pengetahuan, bunga bangkai juga sangat menarik, karena itu kemunculan perbungaannya (fase generatif) tidak pernah bersamaan dengan kemunculan daun (fase vegetatif).

Bunga bangkai (Amorphophallus) mengalami dua fase dalam hidupnya yang berlangsung secara bergantian dan terus menerus, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif di atas umbi bunga bangkai tumbuh batang tunggal dan daun yang mirip daun pepaya. Hingga kemudian batang dan daun menjadi layu menyisakan umbi di dalam tanah.

Apabila kondisi memungkinkan, fase vegetatif akan disusul dengan fase generatif yakni munculnya bunga majemuk yang menggantikan batang dan daun yang layu tadi. Kedua fase ini kan terjadi berulang dan terus menerus. Saat bunga bangkai mengalami fase generatif (mekarnya bunga), bunga tertinggi ini mengeluarkan bau menyengat seperti bau bangkai. Bau busuk ini berfungsi sebagai pemikat bagi lalat dan kumbang yang mana serangga-serangga tersebut akan berkontribusi dalam proses penyerbukan. Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Dan bunga bangkai kemudian kembali memasuki fase vegetatif.

Sumber : Darmanto Ambarita - Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini