Senin, 24 Februari 2020
Makassar, 21 Februari 2020 – Pada 21 Februari 15 tahun yang lalu, terjadi musibah setelah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Leuwigajah Cimahi longsor. Akibatnya, 147 orang meninggal dunia. Momen tersebut dijadikan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) untuk menjadi pengingat dan titik awal komitmen secara nasional agar pengelolaan sampah lebih berwawasan lingkungan, salah satunya adalah dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Bencana dari pengelolaan sampah yang buruk juga terjadi akhri tahun 2019 di Makassar Sulawesi Selatan, Selama kurang lebih 15 jam kebakaran melanda tempat penampungan akhir (TPA) Antang di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Makassar. Kebakaran hebat ini menyisakan asap tebal yang mengitari permukiman dan ruas jalan sehingga mengganggu aktifitas masyarakat. Tidak ada korban jiwa dari bencana ini tapi 10 Ekor sapi dilaporkan mati karena bencana ini.
Dampak pengelololaan yang buruk apabila dibiarkan akan menimbulkan bencana yang tidak bisa dihindarkan dimanapun kita berada. Akan tetapi belajar dari sejarah kelam tersebut, BBKSDA SULSEL selaku UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertugas mengelola 15 Kawasan Konservasi berupaya menggerakkan energi positif seluruh warga Kota Makassar sampai warga yang tinggal di dekat Kawasan konservasi untuk berbuat lebih nyata, yaitu merubah paradigma terhadap sampah.
Bekerjasama dengan Pemda dan Satker KLHK Sulawesi Selatan serta mitra, Kami membuat jadwal Street Campaign atau Kampanye Jalanan di lokasi strategis untuk lebih dekat dengan masyarakat untuk mengedukasi konservasi dan pengelolaan sampah merupakan salah satunya.
Kepala Balai Besar KSDA Sulsel Ir.Thomas Nifinluri, M.Sc mengatakan “Awal Tahun 2020 ini kami sudah rapat Bersama mitra-mitra kami, Pemda dan stakeholder lainnya untuk saling berkolaborasi satu sama lainnya untuk terjun ke masyarakat. Mulai dari pembagian bibit, kerja bakti aksi pilah sampah akan kita galakan di tiap street campaign dan Minggu 23 Februari kami akan ada di Car Free Day Jalan Ratulangi Lapangan Sudirman” Jelas Thomas.
Street Campaign adalah salah satu contoh giat yang kami lakukan untuk mengubah paradigma berfikir warga kota terhadap sampah, dengan gerakan mengolah sampah mandiri 3 R (reduce, reuse, dan recycle), Menurut Kabag TU BBKSDA Sulsel, Ellyana Said yang juga penulis buku “Merawat Bumi” mengatakan “Prinsip 3 R dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja, yang dibutuhkan adalah waktu dan kepedulian kita terhadap lingkungan,tindakan dan perilaku kita ,bagaimana mengubah perilaku dan cara kita mengatasi masalah sampah ini. Contoh bila kita ke Pasar atau ke tempat belanja, membawa keranjang untuk mengurangi pemakaian kantong plastik, serta mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat (RECYCLE) . Jadikan sampah sebagai kawan yang bisa mendatangkan keuntungan, ujar Ellyana.”
Lantas bagaimana dengan warga yang tinggal di sekitaran Hutan atau perbatasan Kawasan konservasi, apakah sama pengelolaan sampahnya ?, Iya!, Sama. Penerapan 3 R mandiri oleh masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan. Pengelolaan sampah dan membuat sampah menguntungkan itu ada caranya, salah satunya inovasi yang dilakukan oleh Bidang Wilayah II Pare-pare tepatnya di TWA Lejja, Bersama mitra Bank Sampah Mario binaan Seksi Konservasi Wilayah III di Lounching akhir tahun 2019 lalu. Di Bank Sampah Mario ini warga bisa menabung sampah, berbelanja, dan menjual sampahnya.
Sumber: Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0