Senin, 02 Juli 2018
Jayapura, 2 Juli 2018. Kepala Balai Besar KSDA Papua, Ir. Timbul Batubara, M.Si, bersama tim lapangan melakukan kunjungan ke Resort Teluk Youtefa pada Sabtu, (30/6). Tim lapangan terdiri atas sembilan orang, termasuk kepala bidang teknis, Askhari Dg. Masikki, S.Hut. dan Kepala Resort Teluk Youtefa, Ernest Itaar. Beberapa agenda ditetapkan dalam kunjungan tersebut, terutama bertemu para tokoh adat dan kepala suku untuk duduk bersama di para-para, mencetuskan rencana-rencana ke depan. Salah satu program yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah penanaman bakau di Entrop, Jayapura. Perjalanan ke TWA Teluk Youtefa ditempuh menggunakan kendaraan VIAR Cross 200 cc dan KLX Kawasaki 150 cc. Rute dimulai dari kediaman Kepala Balai Besar KSDA Papua menuju titik pertama, hutan bakau di belakang Kampung Tobati, Jayapura. Setelah melakukan pengamatan di lokasi tersebut, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan Entrop, Jayapura, tepatnya di lokasi hutan bakau yang mengalami kerusakan. Area inilah yang akan menjadi titik penanaman bakau.
Menurut kepala Resort Teluk Youtefa, Ernest Itaar, kerusakan hutan bakau di Entrop merupakan akibat dari penebangan tak terkendali. Ada pihak-pihak yang menyalahi aturan, menimbun area bakau untuk dijadikan permukiman dengan luasan puluhan hektar. Selain itu, aktivitas penebangan bakau untuk kayu bakar juga menyumbangkan kerusakan hutan bakau di lokasi tersebut.
“Dulu waktu saya kecil, pantai di sekitar Entrop sangat bening, jernih. Semua yang di dasar laut bisa kita lihat dari permukaan. Bakau masih utuh. Ikan-ikan juga banyak. Tetapi sekarang keadaannya sangat buruk. Air sangat keruh karena tidak ada filter sama sekali. Ikan-ikan jugabmungkin sudah tidak ada di situ. Masyarakat kalau memancing bukannya mendapat ikan, tetapi malah mendapatkan sampah. Kondisi itu membuat saya merasa harus melakukan tindakan, supaya keadaan hutan bakau di Entrop bisa kembali seperti dulu,” ungkap Ernest Itaar. Mengenai penanaman bakau di area tersebut, BBKSDA Papua telah mendapatkan dukungan dari BPDAS Memberamo, berupa penyediaan bibit bakau.
Setelah melakukan survei lokasi penanaman bakau, Kepala Balai Besar KSDA Papua bersama tim lapangan kemudian melanjutkan perjalanan ke kawasan Hutan Bakau di Pantai Hamadi. Di tempat ini rencananya akan dibangun jalur wisata bakau. Selain lokasi-lokasi bakau, mereka juga mengunjungi satu titik yang direncanakan menjadi area diving di Ring Road, dan lokasi kapal Jepang yang kandas di Pantai Menduk, Jayapura. Dari sana, tim lapangan menuju Debi dan Tanjung Marine, atau yang dikenal juga dengan nama Tanjung Kaswari. Perjalanan dilanjutkan ke Pantai Hamadi untuk makan siang bersama para tokoh adat dan kepala suku.
Dalam kesempatan itu banyak tokoh adat yang hadir dari suku-suku di sekitar TWA Teluk Yutefa, antara lain Kalep Hamadi, Aser Hamadi, Heri Dawir, dan Markus Haay. Mereka secara tegas menyampaikan dukungan terhadap rencana-rencana program BBKSDA Papua ke depan. Kalep Hamadi menyatakan, pertemuan-pertemuan semacam inilah yang memang diharapkan oleh masyarakat dan para tokoh adat. Duduk bersama di para-para, dalam tradisi masyarakat Papua merupakan musyawarah adat tertinggi untuk memutuskan ataupun merencanakan berbagai hal.
Melihat masyarakat Papua, khususnya di kawasan TWA Teluk Youtefa yang mayoritas condong kepada gereja, kepala Balai Besar KSDA Papua berencana melibatkan gereja secara lebih terbuka di dalam berbagai program konservasi. Ide-de yang dicetuskan Kelapa Balai Besar KSDA Papua merupakan langkah yang tepat dalam melakukan sinergi menuju harmoni alam, manusia, adat, dan agama. Hal ini terbukti dari sikap masyarakat berbagai kalangan, yang terus memberikan dukungan dalam kerja-kerja konservasi BBKSDA Papua ke depan.
Sumber : Balai Besar KSDA Papua
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0