Dara Laut Cina Mulai Migrasi, Peneliti Burung Indonesia Ajak BKSDA Maluku Riset Bersama

Selasa, 14 November 2017

Ambon (14/11/2017). Burung Indonesia bersama tim peneliti lintas negara singgah di Kantor BKSDA Maluku. Rombongan langsung disambut oleh Suharto Ismail, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (KSBTU) BKSDA Maluku. Tanpa membuang waktu, rombongan langsung memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangan. Mereka terdiri dari Vincentia Widysari (Coordinator for Maluku Islands Partenship-Burung Indonesia), Ferry Hasudungan (Biodiversity Conservation Specialist-Burung Indonesia), Simba Chan (Senior Conservation Officer-Birdlife International),  Donald E. Lyons (Assisten Profesor-Departement of Fisheries and Wildlife, Oregon State University) dan Yu Yat Tung (The Hong Kong Bird Watching Society) memaparkan rencana riset tentang migrasi Burung Dara Laut Cina (Thalasseus bernsteini). 

Bertempat di Ruang Kepala BKSDA Maluku, Simba Chan memaparkan hasil riset yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Menurut hasil pengamatan selama musim migrasi Burung Dara Laut tahun 2016 silam, terlihat satu ekor Dara Laut Cina bersama rombongan Dara Laut Jambul (Thalasseus bergii) di Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Oleh karena itu, ia bersama timnya ingin mengidentifikasi jalur migrasi spesies tersebut. “Jika kita mengetahui jalur migrasi serta durasi burung ini pada setiap tempat yang disinggahi, tentu akan sangat bermanfaat pada upaya konservasi Dara Laut Cina itu sendiri,” jelas Chan. 

Pada pemaparan yang diikuti PEH dan Penyuluh tersebut, Chan menyampaikan rencana penelitian yang akan dilakukan pada Januari mendatang, sembari menunggu ijin dari Kemenristekdikti. Hal ini juga terkait dengan waktu migrasi Dara Laut Cina. “Meski November baru awal musim dingin di Cina, sudah ada beberapa Burung Dara Laut yang mulai migrasi,” jelas Chan. 

Chan bermaksud melakukan pengamatan serta pemasangan sattelite tracking pada burung tersebut di Sawai. Oleh karena itu, ia bekerjasama dengan Donald yang juga peneliti satwa liar di Oregon State University yang memang telah lama meneliti jenis-jenis Burung Dara Laut dengan menggunakan sattelite tracking. Chan juga dengan senang hati mengajak serta BKSDA Maluku untuk melakukan riset tersebut bersama-sama. Tawaran tersebut langsung disambut baik oleh KSBTU BKSDA Maluku. 

Chan menambahkan, Dara Laut Cina memang berkembang biak di Cina, namun pada musim dingin burung tersebut melakukan migrasi ke daerah yang lebih hangat seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia. Oleh karena itu, Chan mengatakan semakin banyak yang terlibat dalam upaya konservasi Dara Laut Cina akan semakin baik. “Ini adalah pekerjaan lintas negara,” tambah Donald. 

Dara Laut China menarik perhatian dunia internasional karena merupakan burung yang langka. Boleh jadi, burung yang justru pertama kali ditemukan melalui spesimennya di Halmahera tahun 1861 ini merupakan spesies yang paling dicari. Hal ini dikarenakan, perkiraan jumlahnya tidak lebih dari seratus ekor dewasa di dunia. Wajar, jika International Union for Conservation of Nature menetapkan status burung tersebut kritis (Critically Endangered/CR) atau satu langkah lagi menuju kepunahan.[]

Sumber: Ayu D. Setiyani (BKSDA Maluku)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini