Berbagi Cerita Kemitraan Konservasi Dengan Perwakilan Pemerintah Kabupaten Se -Sulawesi Utara

Minggu, 19 Mei 2019

Manado, 17 Mei 2019. Bertempat di Hotel Mercure Tateli Balai Taman Nasional Bunaken dan mitra dari Kelompok Nelayan Cahaya Tatapaan berbagi cerita sebagai Narasumber tentang Kemitraan Konservasi Pemberian Akses Area Perikanan di Zona Tradisional Taman Nasional Bunaken, Perairan Desa Popareng, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan.

Acara yang bertajuk Lokakarya Penentuan Ruang Lingkup Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) di Provinsi Sulawesi Utara adalah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir pada nelayan kecil dan tradisional. Acara ini diprakarsai oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Rare Indonesia.

Seluas 320 ha zona tradisional dimitrakan pengelolaannya bersama kelompok Cahaya Tatapaan. Kepala Balai TN Bunaken Dr. Farianna Prabandari, S.Hut, M.Si dalam talkshow yang digelar pada acara tersebut menyampaikan bahwa kemitraan konservasi yang kami lakukan dengan kelompok Cahaya Tatapaan merupakan cara baru dalam pengelolaan kawasan.

"Kami memandang bahwa pelibatan masyarakat dalam hal ini nelayan selaku pengakses sumber daya utama perikanan merupakan langkah nyata dalam pemberdayaan masyarakat. Paska program PAAP selesai kami tindaklanjuti dengan pengembangan role model Ekowisata dimana objeknya antara lain menyusuri mangrove, snorkelling, serta di desa dengan pengembangan homestay".

Ditengah keterbatasan Balai Taman Nasional Bunaken dan Kelompok Cahaya Tatapaan, kami tetap konsisten mendampingi dan melaunching menjadi Desa Wisata, dan pada tahun 2018 mendapatkan penghargaan Indonesia Sustainable Toursm Award (ISTA) dari Kementerian Pariwisata sebagai Pamong Desa Wisata, tutur Fariana.

Senada yang disampaikan oleh Ketua Kelompok Cahaya Tatapaan Djoni Sem Sambur, mengawali PAAP adalah melihat aktivitas oleh kelompok Cahaya Trans Poopoh, selanjutnya dengan bersama-sama dengan teman-teman di kampung bersepakat untuk membentuk kelompok sendiri serta melakukan pencatatan ikan untuk memonitor sumber daya.

Kami mengikatkan diri dengan bermitra pada Balai Taman Nasional Bunaken, memang kami akui belum mendapatkan manfaat secara optimal dari program PAAP ini, tetapi paska program dengan pengembangan ekowisata justru kami kewalahan dengan banyaknya permintaan untuk kegiatan wisata, padahal dari sisi sarana kami mengandalkan perahu tradisional, untuk itu perlu dukungan dan perhatian dari Pemerintah Daerah, tutup Sem.

Sumber : Eko Wahyu Handoyo, S.Hut - PEH Balai Tamam Nasional Bunaken

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini