--- P R A W A R A S A N G P E M B E D A ---
Kisah Heroik Lahirnya Garuda Muda Di Rimba Gunung Salak Bagian Selatan
Yang Termonitor Secara Online Di Android Pertama Di Bumi Nusantara
Sukabumi, 13 April 2021. Berita gembira kembali didapatkan dari Rimba Gunung Salak, kali ini datang dari lereng bagian Selatan, dimana pada awal bulan April 2021 telah lahir lagi Sang Penerus Penguasa Tahta Langit, yaitu seekor anak elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Seksi Pengelolaan Taman Nasiona Wilayah III Sukabumi.
Kelahiran ini memang secara khusus dan rutin dipantau oleh team monitoring Elang Jawa Balai TN Gunung Halimun Salak sejak bulan Desember 2020. Untuk merekam setiap aktivitas dari pasangan Elang Jawa di Blok Cidahu ini, mulai dari penataan sarang, pengeraman telur sampai menetas, kami menggunakan teknologi dengan memasang kamera CCTV di dekat sarangnya. Selain itu, kami juga mengkoneksikan ke jaringan internet sehingga segala aktivitas Pasangan Elang Jawa selama proses perkembangbiakannya di sarang dapat secara online termonitor di Android.
Elang Jawa merupakan salah satu dari 3 (tiga) spesies kunci di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. IUCN mengkategorikan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai jenis satwa dilindungi. Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya 1 (satu) butir sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya. Oleh karena itu, salah satu rencana aksi dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kesuksesan perkembangbiakan (breeding success) Elang Jawa adalah dengan melindungi pohon sarang Elang Jawa yang aktif.
Di dalam ekosistem, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini. Tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 telah ditemukan 12 (duabelas) sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu; 9 (sembilan) sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 (tiga) sarang di kawasan Gunung Halimun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tim Konservasi Elang Jawa Tanahalisa melakukan perlindungan dan pemantauan sarang Elang Jawa aktif secara rutin setiap tahun, yang dilakukan sejak akhir tahun 2020. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pasangan Elang Jawa yang terpantau sedang berbiak adalah yang berada di Blok Cidahu, Resort PTNW Kawahratu, Seksi PTNW III Sukabumi.
“Prabu dan Ratu” kami menamai pasangan Elang Jawa ini, yang kami singkat dengan “PRATU”. Penamaan ini didasarkan pada sejarah yang menyebutkan bahwa Gunung Salak pernah dijadikan tempat singgah atau “patilasan” dari Prabu Siliwangi dan terdapatnya Kawah Ratu di lereng Gunung Salak. Ada hal yang unik juga dari pasangan elang ini, dimana Prabu dari segi umur lebih muda dari Ratu. Hal ini terlihat dari warna bulu Prabu yang lebih terang dibandingkan dengan Ratu. Kondisi yang sama juga pernah terjadi pada pasangan Elang Jawa di Blok Citiis (tahun 2015), yang mana si Jantan secara umur lebih muda dari si betina.
Sebenarnya PRATU telah kami pantau perilaku berbiaknya sejak tahun 2019, namun lebih intensif dipantau mulai bulan Desember 2020. Posisi sarang dari PRATU ini berada di dekat Bumi Perkemahan (Buper) blok 2, yang secara akses dapat dijangkau dengan mudah dan jalur listrik sudah masuk sampai ke buper. Dengan kondisi tersebut, untuk lebih efektif dalam memonitor dan meminimalisir kemungkinan terganggunya aktivitas PRATU dalam pengeraman telur, maka pada saat PRATU sudah aktif dalam pembangunan dan penataan sarang, kami berinisiatif untuk menggunakan teknologi dengan memasang kamera CCTV di dekat sarang dengan jarak yang relative aman. Pemasangan kamera CCTV dimulai pada awal bulan Februari 2021.
Dalam proses pengamatannya, kami sangat terbantu dengan adanya kamera CCTV ini karena bisa memonitor perilaku PRATU selama 24 jam terutama perilaku di malam hari. Berdasarkan data yang kami dapatkan dari monitoring kamera CCTV, Ratu meletakan telur pada tanggal 21 Februari 2021. Setelah 47 hari pengeraman, akhirnya telur PRATU menetas pada tanggal 9 April 2021, tepatnya pada hari Jum’at pukul 05.47 WIB. Detik-detik prosesi penetasan telur dibantu oleh Ratu (induknya) sejak pukul 05.30 WIB, dan hal ini termonitor secara online di Android. Alhamdulillah, hal ini menjadi pencapaian luar biasa karena hal ini menjadikan pemantauan perilaku berbiak Elang Jawa di alam dengan menggunakan kamera CCTV secara online pertama di Bumi Nusantara. Dengan dasar dan alasan tersebut, kami menamai Garuda Kecil/ Muda yang baru lahir “PRAWARA” yang dalam bahasa Sansekerta berarti Paling Terkemuka.
Semoga Prawara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa dan bisa menjadi penerus penguasa tahta langit di Rimba Gunung Salak. Peran serta dan partisipasi dari masyarakat untuk mengawal dan menjaga sampai PRAWARA dewasa dan menemukan jati dirinya tentunya sangat kami harapkan. Akhirnya, kami haturkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerjasama dan kerja keras tim TaNaHaliSa serta para pihak yang telah mendukung dalam pencapaian yang luar biasa ini.
Penulis : Wardi Septiana (PEH Pada Balai TNGHS)
Fotografer : Jamaludin, Yopi dan Rahmat
Lampiran Pers Release : PRAWARA Sang Pembeda