Kolaborasi Bersama, Diskusi Virtual Untuk Atasi Dampak Corona di TWA Gunung Tunak

Selasa, 21 April 2020

Bogor, 21 April 2020. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat (BKSDA NTB) bersama dengan Korea Indonesia Forest Center (KIFC), membangunan strategi penguatan perkembangan eco-tourism di TWA Gunung Tunak. Pembahasan upaya jangka pendek dan jangka panjang penanganan pandemi.

Pandemi virus corona yang saat ini menjadi wabah global dan berdampak pada kebijakan pembatasan sosial turut juga berdampak terhadap penurunan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat dengan mata pencaharian di bidang wisata.

Dampak  penurunan ekonomi tersebut juga menerpa masyarakat Desa Mertak, Nusa Tenggara Barat karena dibatasinya aktivitas di daerah tersebut. Adanya 77 kasus positif terinfeksi Corona membuat pemerintah daerah NTB  menerapkan pembatasan sosial, selain itu pihak pemerintah pusat dalam hal ini diwakili Balai KSDA NTB juga menerapkan kebijakan penutupan kawasan konservasi khususnya untuk kegiatan wisata di seluruh wilayah kerjanya.

“Sesuai surat edaran gubernur, surat edaran Menteri LHK, dan surat edaran Dirjen KSDAE, maka kami menutup semua kawasan konservasi khususnya untuk kegiatan wisata, yang berdampak pada masyarakat pelaku jasa wisata” kata Ari, Kepala Balai KSDA NTB pada 17 April 2020.

Tercatat terdapat 11,75% penurunan jumlah pengunjung wisata alam pada bulan Januari-Februari 2020 dibandingkan dengan Januari-Febuari 2019 di seluruh kawasan konservasi. TWA Gunung Tunak sebagai destinasi wisata yang mendukung destinasi super prioritas Mandalika juga mengalami dampak cukup berpengaruh. Sekitar 50 tenaga kerja bidang wisata yang aktif saat ini dirumahkan sementara sebagai bentuk pencegahan penyebaran pandemik COVID19 di kawasan Desa Mertak.

Dalam penanganan pandemi ini, tanggal 17 April 2020 lalu telah dilakukan webinar bersama antara KIFC, BKSDA NTB, Direktorat PJLHK dan Unit Management Tunak Cottage. Dalam webinar yang dipandu oleh Sugeng Marsudianto, Co-Director KIFC dilakukan pembahasan peluang dan tantangan pengembangan wisata alam di TWA Gunung Tunak pada masa penanganan dan paska pandemi COVID19.

Potensi kehilangan nilai ekonomi masyarakat menjadi acuan pemerintah tetap menjaga kestabilan ekonomi. Sebagaimana disampaikan oleh Yohan Hendratmoko, Kepala Seksi PJLWA KSA dan TB Direktorat PJLHK terdapat potensi kehilangan nilai ekonomi bidang wisata alam pada tahun 2020 akibat pandemi COVID19 berkisar antara Rp.1,3T sampai Rp.1,7T dan potensi kehilangan PNBP sebesar Rp. 88M.

“Pemerintah terus berusaha untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi dalam masa pandemi ini, penyusunan strategi dalam mengahadapi permasalahan terus diupayakan. Saat ini sedang dirancang strategi berupa branding hutan sebagai penyembuhan paska pandemi” Ujar Yohan

Berbagai upaya dilakukan pemerintah baik berupa mitigasi COVID19 dengan perlidungan sosial dan stimulus ekonomi bagi pekerja/pelaku usaha sektor pariwisata, hingga realokasi anggaran untuk program padat karya.

“Seluruh UPT Lingkup Ditjen KSDAE, sesuai arahan Dirjen KSDAE juga turut berkontribusi dengan membeli produk hasil pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan  seperti madu, jamu atau ramuan tradisonal hingga tanaman obat sebagai bentuk upaya menjaga kestabilan sosial dan ekonomi masyarakat” tambah Yohan.

Seiring dengan yang disampaikan Direktorat PJLHK, dalam rangka mencegah penurunan ekonomi akibat kebijakan pencegahan penularan virus, BKSDA NTB turut memberikan bantuan pokok kepada masyarakat di sekitar kawasan kelolanya. Menurut Ari, program pemberian bantuan ini ditujukan kepada mereka yang kehilangan nafkah selama masa pandemi sebagai bentuk dukungan untuk bersama melewan wabah ini.

“Telah dilakukan pengurangan anggaran sebesar Rp.18M dalam rangka penanganan COVID19, dalam keterbatasan tersebut juga telah dialokasikan bantuan sembako kepada masyarakat yang terkena dampak wabah ini” Jelas Ari Subiantoro, Kepala BKSDA NTB.

Selain upaya jangka pendek berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat, upaya jangka panjang juga menjadi aspek penting yang dibahas dalam pertemuan webinar ini. TWA Gunung Tunak sebagai destinasi yang mendukung KEK Mandalika sebagai destinasi prioritas menjadi peluang pengembangan TWA Gunung Tunak sebagai destinasi wisata sehat paska pandemi. 

“Sebagai lokasi pelaksanaan MotoGP 2021 dan destinasi super prioritas, Mandalika dan sekitar salah satunya TWA Gunung Tunak memiliki peluang besar dari segi pariwisata paska pandemi ini” Jelas Ari Subiantoro.

Dalam diskusi webinar ini,disampaikan pula bahwa pihak KIFC sebagai pihak yang bekerjasama dengan Kementerian LHK dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat akan melakukan pembahasan lebih lanjut untuk program bantuan kepada masyarakat Desa Mertak sebagai bentuk dukungan penanganan wabah.

Berbagai masukan dan usulan dari berbagai pihak yang disampaikan dalam webinar tersebut akan menjadi bahan pembahasan lebih lanjut bersama pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk merumuskan langkah jangka pendek dan jangka panjang dalam penanganan pandemi ini.

Branding, diversifikasi produk, perancangan pedoman mitigasi bencana/wabah, dan pengampingan masyarakat menjadi kunci pembahasan lebih lanjut untuk pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TWA Gunung Tunak” tutup Sugeng dalam diskusi webinar.

Sumber : Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini