Jumat, 10 Agustus 2018
Kuningan, 10 Agustus 2018. Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan salah satu kawasan konservasi yang kondisi ekosistennya unik. Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl, gunung merapi aktif normal yang kondisinya masih stabil dibanding gunung merapi di pulau Jawa lainnya. Letusan terakhir tahun 1938 menyisakan batu-batuan elok di wilayah utara sampai dengan timur. Salah satunya adalah Blok Pejaten. Kondisi ekosistem batu bertanah menyebabkan tidak sembarang vegetasi dapat bertahan dan tumbuh. Kerjasama dengan JICS (Japan International Corporate System) sejak tahun 2015 untuk melakukan restorasi ekosistem.
Restorasi ekosistem adalah upaya mengembalikan kondisi ekosistem seperti semula baik keanekaragaman hayati, struktur vegetasi dan lain sebagainya. Adapun tahapan yang sudah dilakukan hingga kini adalah penanaman di lapangan. Areal restorasi Blok Pejaten sudah mulai menguning selama satu bulan ini. Berdasarkan data forest danger rating menunjukkan extrim dengan angka yang tinggi. Beberapa bibit sudah mulai layu dan mati, hanya jenis Waru yang bertahan. Penyiraman terus dilakukan, embung air juga sudah disiapkan sebagai cadangan air.
Antisipasi kebakaran hutan dan lahan juga sudah dilakukan oleh kelompok Jaya Pakuan dengan membuat sekat bakar baik pada petak kecil maupun sekeliling areal restorasi.
Untuk mengatasi kematian tanaman akibat kekeringan maka akan dilakukan ujicoba teknik penambahan fiber/ serat serabut kelapa pada lubang tanam untuk mengurangi stres akar akibat panas. Namun hal ini masih dalam ujicoba dalam waktu 3 bulan sebelum musim hujan tiba.Selain itu, ketersediaan bibit terus diperbanyak untuk menyulam bibit yang mati di lapangan. [teks Nisa BTNGC & Deasy JICS, foto © JICS - BTNGC | 082018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0