Perjumpaan Lutung Jawa Albino di TN Gunung Gede Pangrango

Kamis, 14 September 2017

Bogor,  14 September 2017. Lutung jawa merupakan salah satu jenis primata endemik jawa. Lutung jawa atau lutung budeng dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai Trachypithecus auratus. Menurut IUCN status lutung jawa dimasukan ke dalam status konservasi Vulnerable (VU) atau rentan yaitu status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. CITES memasukan lutung jawa ke dalam Apendiks II yaitu daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Pemerintah RI melindungi jenis primata ini berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/Kpts-II/1999.

Pada Bulan Maret 2017 di TNGGP tepatnya di Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor telah ditemukan kelompok lutung jawa yang tidak biasa, salah satunya anggota kelompoknnya albino. Iyan salah satu PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) di TNGGP menuturkan bahwa baru kali ini menemukan lutung unik tersebut. Dalam kelompok lutung itu terdapat satu ekor lutung jawa yang memiliki keunikan pada rambut dan kulit wajahnya yaitu berwarna putih. Kondisi tersebut diduga merupakan kelainan pigmen atau biasa disebut albino. Albino berasal dari bahasa latin (Albus berarti Putih) disebut juga sebagai Hypomelanism atau Hypomelanosis yaitu kelainan genetika dimana tubuh tidak dapat menghasilkan pigmen melanin (sebagai pelindung kulit dari cahaya matahari dan juga warna dari kulit), bahkan terkadang hanya beberapa bagian saja yang berwarna putih.

Seperti kita ketahui bahwa pada umumnya rambut lutung jawa berwarna hitam, lutung betina memiliki rambut berwana keperakan di sekitar kelaminnya, dan lutung jawa muda memiliki bulu yang berwarna kuning jingga. Tulisan terkait sudah dimuat pada media online yaitu republika.co.id pada tanggal 6 Juli 2017. Perkembangan selanjutnya, pada awal Agustus dan September tahun 2017 lutung albino tersebut kembali ditemukan sekitar lokasi yang sama. Namun pergerakan yang cepat dan terhalang oleh pepohonan, pengambilan foto tidak begitu sempurna. Fenomena tersebut unik dan langka, sehingga patut untuk diteliti lebih lanjut.

Sumber: Agung Gunawan – Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar TNGGP

Dokumentasi Foto: Iyan Sopian - Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar TNGGP

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini