Inovasi Diversifikasi Patroli

Rabu, 30 Agustus 2017

(Upaya Pengamanan Kawasan dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati di TNGGP)

Secara umum patroli di kawasan konservasi dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap segala bentuk pelanggaran dan tindak pidana kehutanan yang mungkin terjadi. Dalam pelaksanaannya kegiatan patroli terus berkembang, sesuai tujuan, lokasi target/ sasaran, komposisi regu, metoda, waktu pelaksanaan, dan cara melakukannya. Sehingga munculah berbagai jenis patroli. Begitu juga di Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), telah dikembangkan beragam jenis patroli, salah satunya adalah patroli terpadu (Integrated Patrol Program/ IPP) yang melibatkan kolaborasi Polisi Kehutanan (Polhut) dengan fungsional lain, non fungsional bahkan dengan mitra/ non pegawai. 

Pada tanggal 18 – 23 Agustus 2017, Bidang PTN III Bogor melaksanakan Patroli Bersama Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang melibatkan anggota MMP dan para penggiat lingkungan lainnya dengan personil sebanyak 10 orang Polhut (termasuk Kepala Unit Polhut Bidang PTN Wilayah III Bogor), TPHL, dan MMP. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metoda perintisan/ penyisiran target lokasi bahkan dengan penjagaan malam (flying camp) di titik-titik rawan gangguan.

Dalam patroli jenis IPP kali ini, berhasil menggagalkan dua kelompok pemburu burung di perbatasan TNGGP, Blok Baru Leunca dengan PTPN Gunung Mas, yang semuanya teridentifikasi sebagai warga lokal. Mereka menangkap burung dengan menggunakan jaring dan jerat serta senjata angin.  Barang bukti yang berhasil diamankan yaitu 2 jaring kabut, 4 golok, dua kaleng getah penjerat, 1 arit, 2 pisau, 12 kepala burung, dan 16 ekor burung hidup.  Burung yang masih hidup dilepas kembali setelah diambil fotonya karena khawatir akan mati apabila dibiarkan dalam karung.

Pada tanggal 23 Agustus 2017 di bidang PTN Wilayah II Sukabumi, telah dilaksanakan Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan dengan personil sebanyak 10 orang yang terdiri dari Satuan Tugas Polhut Balai Besar TNGGP, MMP, dan Komunitas Jeep Gunung Gede (Rajegg/ Rampak Jeep Gunung Gede).  Metoda merupakan kombinasi antara pemantauan aktifitas para petani sekitar kawasan hutan, pengamatan dan analisis kondisi lingkungan sehubungan dengan ancaman kebakaran hutan, serta kegiatan penyuluhan.

Dari hasil patroli diketahui bahwa di daerah penyangga Resort PTN Pasir Hantap masih banyak petani yang membersihkan  lahan pertaniannya dengan cara membakar semak belukar.  Keadaan lokasi lahan sekitar hutan secara umum dalam keadaan kering. Dengan demikian perlu pengawasan secara intensif untuk menghindari terjadinya kebakaran lahan dan hutan.  Dalam rangka penyuluhan dilakukan pula pemasangan marker peringatan bahaya kebakaran hutan.

Sementara itu tanggal  30 Agustus 2017 Bidang PTN Wilayah I Cianjur melaksanakan IPP, dengan metoda patroli terbuka. Kegiatan ini dipimpin langsung Kepala Seksi PTN Wil. I, melibatkan 10 orang personil, dari anggota Polhut (termasuk Kepala Unit Polhut Bidang PTN Wilayah I Cianjur), Penyuluh Kehutanan, MMP, JICA, dan Sekolah Alam Bogor. 

Dalam patroli rutin terbuka ini berhasil dirubuhkan 3 gubuk bekas pemburu, mengamankan 1 jerat burung, dan mendata para penggarap. Dalam tiga tahun terakhir ini  Resort PTN Gunung Putri telah  berhasil mengeluarkan penggarap sebanyak  75 KK dari jumlah 533 KK di tahun 2015. Pengeluaran penggarap dilakukan secara pesuasif, jadi mereka keluar tanpa paksaan.

Keberhasilan patroli dengan ’varian’ yang ’anti mainstream’ tersebut perlu disikapi dengan bijak tentunya di mana ke depannya jenis-jenis patroli yang bisa dilakukan bisa sangat beragam dengan ’facelift’ atau ’new look’-nya. Bukan hal mustahil nantinya akan ada Patroli Pemantauan Aktifitas Gunung Api Gede, Patroli Batas Kawasan, Patroli Lintas Bidang/ Seksi, Patroli Perlindungan Kehati, Patroli Perlindungan Raflesia dan Habitatnya, Patroli Perlindungan Habitat Macan Tutul, dan lain-lain. Hal ini bisa dijawantahkan tentunya dengan tujuan melindungi integritas kawasan sebagai mandat yang diemban para petugas konservasi dan potensi kehati di dalamnya yang tidak terhitung nilainya.

 Sumber: Ida Rohaida, Bambang Mulyawan, Moh. Arif Junaidi, dan Isna Farhanuddin (Polhut Balai Besar TNGGP)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini