Lokakarya Pengelolaan Cagar Biosfer Untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Kapuas Hulu

Selasa, 20 Agustus 2019

Bogor, 20 Agustus 2019. Untuk menindaklanjuti penetapan Cagar Biosfer (CB), GIZ Forclime mendukung Lokakarya Pengelolaan Cagar Biosfer di Bogor dengan mengundang sebanyak 25 orang para pihak dari Anggota DPRD Kapuas Hulu, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, Tokoh Masyarakat Kapuas Hulu, Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum), Akademisi, Swasta dari Kalimantan dan kunjungan lapangan ke Cagar Biosfer Cibodas Jawa Barat. Lokakarya ini bertujuan terbangunnya pemahaman yang lebih komprehensif dan progresif tentang cagar biosfer sehingga terjadi peningkatan dukungan para pihak terhadap eksistensi dan pengelolaan CB Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu sebagai pemicu dan wadah kerja multi pihak bagi percepatan pembangunan berkelanjutan Kabupaten Kapuas Hulu. Selain itu diharapkan para pihak tersebut dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan agar keberadaan CB tersebut bermanfaat bagi pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Kapuas Hulu.

Selain para pihak dari Kalimantan Barat, hadir juga para pihak dari lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), MAB Indonesian Program, juga dari Taman Nasional Gn Gede Pangrango (TNGGP) yang membagikan pengalaman pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.

Pesan dan arahan dari Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) melalui video call  “perlu sinergitas para pihak dalam pengelolaan cagar biosfer sehingga terjadi pembangunan yang berkelanjutan sehingga hutan lestari, masyarakat berdaya, pembangunan di daerah semakin maju”. Selain itu Wakil Bupati Kapuas Hulu menyampaikan “Kabupaten Kapuas Hulu sudah mencoba mengadopsi pembangunan berkelanjutan selama 24 tahun ini dari ditetapkannya Ramsar di Danau Sentarum pada tahun 1994, Kabupaten Konservasi 2003, Heart of Borneo (HOB) 2007 hingga Cagar Biosfer pada tahun 2018. Perjalanan pajang ini diharapkan dapat didukung oleh pendanaan oleh  pemerintahan pusat seperti pendanaan khusus atau menjadi bahan pertimbangan dalam pembagian Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu masyarakat Kapuas Hulu juga sangat tergantung Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yakni kratom yang menunjang perekonomian, diharapkan HHBK tersebut dapat menjadi bagian HHBK Bidang Kehutanan kedepannya”.

Dengan harapan satu Visi para pihak di Kapuas Hulu terkait pengelolaan Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu (CBBKDSKH), dapat terbangun forum pengelola cagar biosfer dan dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dimana masyarakat sejahtera dan hutan pun lestari.

Man and The Biosphere Programme (MAB) merupakan sebuah program sains antar pemerintah UNESCO, yang bertujuan untuk membangun dasar ilmiah untuk peningkatan hubungan antara manusia dan lingkungannya.  Kegiatan MAB sepenuhnya berkaitan dengan agenda pembangunan internasional, khususnya Sustainable Development Goals (SDGs), melalui pendekatan pembangunan cagar biosfer. Sampai Desember 2018, jumlah cagar biosfer dunia yang masuk dalam Jaringan Cagar Biosfer Dunia (the World Network of Biosphere Reserves) sebanyak 688 yang tersebar di 122 negara, termasuk 16 cagar biosfer di Indonesia, salah satunya Cagar Biosfer Betung Kerihun Danas Sentarum Kapuas Hulu (CBBKDS).

Cagar biosfer merupakan laboratorium hidup pembangunan berkelanjutan untuk promosi dan mendemonstrasikan hubungan yang seimbang antara manusia dengan alam dan kehidupannya.  Dalam pertemuan yang ke 30 International Coordinating Council of the Man and the Biosphere Programme (ICC-MAB) UNESCO tanggal 25 Juli 2018 di Palembang menetapkan Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu sebagai cagar biosfer, sehingga menjadi bagian dari Jejaring Cagar Biosfer Dunia.

Sumber : Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini