Mandi Safar - Kearifan Lokal Masyarakat Bajo Nain Di Taman Nasional Bunaken

Jumat, 09 November 2018

Nain, 5 November 2018. Ratusan masyarakat suku Bajo yang bermukim di Pulau Nain berbondong - bondong untuk melakukan mandi safar, tak hanya dari masyarakat setempat, Pemerintah Desa Nain juga mengundang dari masyarakat yang berada di Pulau Gangga, Pulau Bangka dan Kota Manado untuk menyaksikan tradisi unik ini.

Mandi safar dalam masyarakat Bajo - Nain ditujukan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT atas anugerah, risky dan karunianya serta diyakini dapat menghilangkan penyakit yang ada dalam tubuh dan hati, serta perasaan iri dan dengki kepada sesama umat.

Dalam perayaan mandi safar kali ini selain diikuti oleh masyarakat Bajo Nain juga mengundang berberapa masyarakat yang bermukim di Manado, bahkan beberapa wisatawan mancanegara dari Amerika dan Tiongkok ikut menyaksikannya. Pelaksanaan mandi safar didahului dengan doa yang dipimpin oleh Imam Masjid Miftahul Jannah Nain Bapak Asnani Juma, selanjutnya beberapa Jaga (Lingkungan) digabung menjadi 1 group dan dilakukan mandi, dalam pelaksanaan ini terdapat 4 group dari 13 Jaga di Desa Nain.

Tahun 2018 merupakan untuk kedua kalinya, kegiatan mandi safar pertama dilakukan tahun 2017 lalu. Menurut Sindrang Hamid panitia acara pengatur jaga dalam mandi safar, sebenarnya dahulu kala di awal tahun 1980 an kami sering menggelar acara ini, tetapi berjalannya waktu tahun belakangan mandi safar sudah lama tidak dilakukan lagi. Tahun ini merupakan tahun kedua gelaran mandi safar bagi masyarakat Bajo - Nain.

Pulau Nain merupakan salah satu wilayah kepulauan di Taman Nasional Bunaken, secara administratif terapat 3 Desa yaitu Desa Nain, Desa Nain I dan Desa Tatampi Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa. etnis paling besar yang bermukim di Pulau Nain merupakan masyarakat Suku Bajo dan selanjutnya diikuti Suku Sanger, Suku Talaud, Suku Minahasa dan Gorontalo.

Aktivitas mandi safar yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bajo Nain terletak pada wilayah bungin, yang masyarakat setempat menyebutnya pasir timbul, yaitu suatu daerah di area laut yang pada saat surut terendah memunculkan pasir yang berwarna putih, suatu fenomena alam yang menyatu dalam kearifan lokal masyarakat setempat dalam melestarikan sumber daya alam dan budaya.

 

Sumber : Eko Wahyu Handoyo, S.Hut - PEH pada Balai Taman Nasional Bunaken

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini