Resor Mallawa Latih Masyarakat Buat Produk Olahan Jamur

Selasa, 25 September 2018

Maros, 25 September 2018. Resor Mallawa gelar pelatihan produk olahan jamur bagi Kelompok Tani Samenre Bersatu “Samber” di Desa Samaenre, Kecamatan Mallawa, Maros. Desa ini merupakan salah satu daerah penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Pelatihan ini berlangsung pada tanggal 18 – 19 September 2018 di aula kantor Desa Samaenre. Beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya didaulat memberikan serangkaian materi. Dosen Universitas Islam Makassar, Tim Layanan Kehutanan Masyarakat Universitas Hasanuddin (TLKM Unhas), dan Camat Mallawa adalah beberapa narasumber yang turut berkontribusi.

“Hutan Lestari Masyarakat Sejahterah” adalah tema yang diangkat pada pelatihan kali ini. Saat ini kelompok tani Samber telah membudidayakan jamur tiram dan telah memanen puluhan kilo dalam sehari. Hanya saja hasil panen hanya dijual dalam bentuk jamur mentah. Karenanya personil resor setempat memfasilitasi mereka untuk mengenyam tambahan ilmu untuk mengolah jamur menjadi produk yang layak jual. Dengan begitu nilai jualnya lebih tinggi jika dibandingkan dalam bentuk mentah.

Dengan sabar narasumber mengajarkan anggota kelompok yang umumnya ibu-ibu rumah tangga ini. Mereka diajarkan cara membuat keripik jamur, sate jamur, hingga abon jamur. TLKM Unhas kemudian menbantu anggota kelompok ini untuk mendesain kemasan produknya.

“Ke depan jika memungkinkan ibu-ibu anggota kelompok bisa mengembangkan wisata kuliner berbasis jamur,” tutur DR. Andi Kasirang T.Baso, Dosen Universitas Islam Makassar di sela-sela materinya.

Pada kesempatan kali itu, Kepala Balai TN Bantimurung Bulusaraung juga memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Samber. “Saya berharap melalui bantuan ini, kelompok Samber bisa memanfaatkan alat baru ini untuk mendukung budidaya jamur. Dengan begitu besar harapan kami produksi jamur dapat meningkat sehingga dengan sendirinya para anggota kelompok bisa mendapatkan penghasilan lebih,” jelas Yusak Mangetan, Kepala Balai TN Bantimurung Bulusaraung.

Paket bantuan berupa alat budidaya jamur senilai 50 juta rupiah itu diterima langsung oleh Ketua Kelompok Samber, Andi Firdaus. Bantuan tersebut berupa Spiner, timbangan, alat seprot, dan oven. Penyerahan bantuan itu disaksikan oleh Camat Mallawa dan Kepala Desa Samaenre sebagai perwakilan pemerintah Kabupaten Maros. Bantuan tersebut beberapa di antaranya berupa mesin mixer baglog, mesin spiner, autoclave, kemasan produk keripik jamur hingga sertifikat BPOM dan sertikat halal (MUI).

“Saya sampaikan terima kasih kepada pihak TN Bantimurung Bulusaraung atas perhatiannya kepada masyarakat kami. Semoga ke depan kita bisa bersama-sama bekerja termasuk menjaga hutan yang berada di Kecamatan Mallawa ini. Saya juga berharap kepada masyarakat untuk menjaga kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Karena jika hutan rusak maka air akan sulit,” ujar Abdul Razak, Camat Mallawa.

Pada pelatihan kali ini peserta juga mendapat tambahan pengetahuan tentang anggrek alam, termasuk peluang budidayanya melalui teknik kultur jaringan. Ada peluang budidaya dan ekowisata yang dapat dikembangkan ke depan dengan anggrek ini. “Saya mewakili tim studi banding tata kelola anggrek di Kebun Raya Bogor beberapa minggu lalu untuk menyampaikan hasil yang kami peroleh,” pungkas Putri Cenderawasih, PEH Madya TN Bantimurung Bulusaraung.

Peserta begitu antusias mengikuti jalannya pelatihan. Teori berpadu praktek langsung pengolahan jamur ini membuat waktu tak begitu terasa. Di akhir sesi peserta diajak menyusun rencana tindak lanjut usaha budidaya jamur tiram. Hasilnya menyepakati delapan poin untuk ditindaklanjuti ke depannya dalam usaha mengembangkan budidaya jamur di Desa Samaenre ini.

Menyusun standar prosedur kerja, rapat bulanan, pendampingan kelompok tani oleh mitra terkait, hingga mencari pasar oleh mitra adalah beberapa isi dari poin yang telah disepakati bersama. Balai TN Bantimurung Bulusaraung, Penyuluh Pertanian Dinas Kabupaten Maros, TLKM Unhas adalah mitra yang dimaksudkan di sini.

Terus berkarya personil resor, ujung tombak pelaksana tapak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Terus berdayakan masyarakat sekitar hutan sebagai bagian dari tata kelola kawasan konservasi. Masyarakat adalah subjek.

Sumber: Taufiq Ismail dan Andi Subhan – PEH Balai TN Bantimurung Bulusaraung

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini