TN Bromo dan Univ Brawijaya Kerja Bersama Pecahkan Sedimentasi dan Salvinia Ranupani

Senin, 24 September 2018

Malang, 24 September 2018. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) mengajak Universitas Brawijawa untuk menangani permasalahan sedimentasi dan Salvinia, Sabtu, 22 September 2018. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut hasil Seminar dan Lokakarya Pemulihan Ekosistem Ranupani pada tanggal 13 September 2018. Tim BBTNBTS bersama Tim Agroforestry dari Universitas Brawijaya (UB) bertolak ke Ranupani untuk melihat langsung penyebab permasalahan lingkungan dan danau Ranupani yang mengalami sedimentasi. Tim Agroforestry UB yang terdiri dari 5 (lima) orang yaitu Didik Suprayogo (Pakar Bio-Geotekstil), Syahrul Kurniawan (Dosen Kimia Tanah), Danny Dwi Saputra (Dosen Fisika Tanah), Prof. Meine van Noordwijk (ICRAF), Prof. Kurniatun Choiriyah (Guru Besar Fakultas Pertanian).

Kepala Balai BTNBTS “John Kenedie” dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa “TNBTS dan mitra serta volunteer berhasil membersihkan seluruh badan air dengan cara manual pada tahun 2012, namun kembali tertutup oleh gulma tersebut pada tahun 2017. Tahun 2018 TNBTS bersama mitra dan volunteer kembali berhasil membersihkan secara total badan air danau”.

“Oleh karena itu, tim TNBTS dan tim Agrofrestry UB melakukan tinjauan bersama bagaimana penanganan masalah yang tepat untuk mencegah permasalahan tersebut kembali berulang. “ John Kenedie juga menambahkan

“Kami akan melakukan penyusunan rencana penanganan permasalahan Ranupani pada level lanskap dan juga akan mengirimkan mahasiswa Universitas Brawijaya untuk melakukan penelitian lintas disiplin ilmu di Ranupani,” ujar Prof. Kurniatun.

Adapun hasil fieldtrip tersebut adalah rencana aplikasi mulsa biogeotekstil pada lahan pertanian kentang untuk mengurangi run off dan erosi permukaan serta untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Mulsa tersebut dibuat dengan bahan-bahan yang terdapat di sekitar desa. Rencana aplikasi dilakukan dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui kelompok pengelola role model Briket Arang Desa Ranupani yang merupakan mitra TNBTS. Aplikasi biogeotekstil sudah pernah diujicobakan pada lahan pertanian kentang di DAS Rejoso dan dapat diterima dengan baik oleh petani. Selanjutnya akan dilakukan penyusunan rencana penanganan permasalahan Ranupani pada level lanskap oleh Prof. Kurniatun dan Prof. Meine.

Telah diketahui sebelumnya bahwa Ranupani adalah danau yang berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan merupakan cikal bakal dari keberadaan TNBTS. Ranupani-Ranu Regulo ditetapkan sebagai Cagar Alam oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1922. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah danau Ranupani mengalami sedimentasi akibat kegiatan pertanian kentang pada catchment area danau yang merupakan desa enclave Ranupani. Air danau juga tercemar oleh limbah pupuk dari lahan pertanian, akibatnya air danau mengalami eutrofikasi sehingga penuh dengan gulma invasif Salvinia molesta.

 

Sumber : Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini