Giat Penyuluh Kehutanan Di Kampung Aisandami

Senin, 10 Agustus 2020

Kampung Aisandami, 7 Agustus 2020. Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) memiliki Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata yang berdomisili di Kampung Aisandami, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Kampung Aisandami merupakan kampung binaan Balai Besar TNTC yang berada di lingkup kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah 3 Aisandami. Kampung Aisandami terletak di antara lautan dan perbukitan, apabila ditinjau melalui aplikasi Google Map maka akan terlihat Kampung Aisandami berada di bagian tengkuk leher pulau berbentuk kepala burung tersebut. Mata pencaharian masyarakat Kampung Aisandami sebagian besar adalah nelayan dengan taraf pendidikan rata-rata mencapai bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Memasuki tahun 2020, Kampung Aisandami sudah dapat ditempuh dengan moda transportasi laut dan darat, kemudian listrik dan jaringan telekomunikasi seluler sudah bisa dinikmati oleh masyarakat.

Penyuluh  Kehutanan  pada SPTN Wilayah 3 Aisandami menjadi Pendamping bagi Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata di Kampung Aisandami yang bernama Wadowun Beberin yang memiliki arti Teluk Teduh. Hal tersebut dikarenakan pemandangan yang mempesona dan meneduhkan ketika berada di Kampung Aisandami saat waktu senja. Kelompok Ekowisata Wadowun Beberin dibentuk pada tahun 2017 yang terdiri dari 6 (enam) Kelompok Kerja yaitu 1) Kelompok Kerja Atraksi; 2) Akomodasi; 3) Transportasi; 4) Pemandu; 5) Kuliner, dan 6) Kerajinan tangan.

Komunikasi menjadi tantangan terberat bagi seorang pendamping yang baru pertama kali terjun ke masyarakat, dikarenakan logat dan gaya bahasa masyarakat  Kampung Aisandami yang sangat berbeda dengan pendamping. Lebih lanjut, pendamping memerlukan Juru Kunci Bahasa yang membantu pendamping dalam berkomunikasi dengan masyarakat ketika ada kegiatan penyuluhan dan pendampingan kepada Kelompok Ekowisata Wadowun Beberin.

Tonci Somisa dan Melania Hegemur adalah pengurus kelompok ekowisata sekaligus sebagai juru kunci bahasa yang sudah berjasa membantu pendamping dalam berkomunikasi dengan masyarakat Aisandami, terutama yang tergabung dalam Kelompok Ekowisata Wadowun Beberin.

Pendamping sebaiknya lebih banyak mendengarkan aspirasi dan keluh kesah dari para anggota kelompok, dengan begitu pendamping akan lebih mudah untuk mencari alternatif pemecahan masalah, baik melalui saran dan pendapat dari Atasan, maupun berbagi pengalaman dengan sesama pendamping lain. Beberapa alternatif solusi yang telah diperoleh pendamping, kemudian ditawarkan kepada para anggota kelompok agar dibahas dan didiskusikan bersama sehingga memperoleh keputusan bersama yang tepat.

Mendengarkan aspirasi anggota kelompok akan dapat menumbuhkan kepercayaan anggota kelompok kepada pendamping, selanjutnya pendamping akan berada pada posisi selalu dibutuhkan oleh anggota kelompok binaannya. Bila sudah demikian, terkadang pendamping akan mendapatkan bonus-bonus tak terduga dari anggota kelompok, seperti disajikan bermacam makanan dan hasil tangkapan laut.

Hubungan antara anggota kelompok dengan pendamping yang sudah erat akan melahirkan semangat dan antusiasme dalam diri masing-masing anggota kelompok. Hal tersebut terlihat dari semangat para anggota kelompok saat menghadiri kegiatan demonstrasi pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang dibawakan oleh pendamping. Para anggota kelompok yang hadir mendesak pendamping agar kegiatan dimulai segera pada pukul 12.00 WIT meskipun dalam jadwal undangan kegiatan baru dimulai pada pukul 13.00 WIT. Lebih lanjut, dampak positif pasca kegiatan demonstrasi daur ulang sampah plastik tersebut yaitu telah tampak bunga-bunga plastik hasil kreativitas para anggota, yang kemudian dijadikan hiasan di salah satu kios milik anggota kelompok.

Kampung Aisandami diharapkan menjadi role model bagi kampung-kampung yang lain yang berada di dalam dan sekitar kawasan TN Teluk Cenderawasih. Peran penyuluh kehutanan sebagai pendamping masyarakat juga tidak boleh terputus di tengah jalan. Peran aktif semua anggota kelompok harus sering ditumbuhkan melalui kegiatan diskusi kelompok, agar setiap anggota kelompok mampu mengeluarkan pendapat dan opininya dalam rangka menggali dan memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam mengelola ekowisata di Kampung Aisandami.

Kelompok Ekowisata Wadowun Beberin menjalankan usaha pengelolaan ekowisata dengan tetap mempertahankan kelestarian dan keseimbangan alam, sekaligus menambah sumber penghasilan anggota kelompoknya. Harapan pendamping, potensi sumberdaya alam yang terdapat di Aisandami dapat dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat dan didukung oleh para stakeholder secara berkelanjutan supaya kedepan bisa menjadi destinasi wisata favorit di wilayah Papua Barat.

Pada tahun 2017 dan 2018, masih banyak masyarakat yang melakukan perburuan liar, namun setelah terbentuk kelompok ekowisata, masyarakat yang melakukan perburuan liar semakin berkurang dan beberapa diantaranya ikut bergabung dalam kelompok ekowisata. Kegiatan kelompok ekowisata memiliki keterkaitan erat dengan upaya konservasi, dalam hal ini ekowisata merupakan penjabaran dari tiga payung konservasi yaitu perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan. Paradigma terhadap konservasi saat ini adalah mengupayakan terciptanya kegiatan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang berdomisili di dalam dan sekitar kawasan konservasi dengan tetap menjaga keutuhan kawasan dan kelestariannya.

Penyuluh kehutanan yang menjadi pendamping masyarakat sebisa mungkin berusaha mengubah pola pikir masyarakat dari pemanfaat sumberdaya alam langsung agar menjadi masyarakat pengelola sumberdaya alam yang berkesinambungan, dengan demikian masyarakat dapat langsung merasakan hasil upaya konservasi yang dilakukan oleh mereka.

Mengubah pola pikir masyarakat merupakan proses yang tidak instan, diperlukan pengetahuan mengenai kebiasaan, pola hidup, dan teknologi ekologi tradisional yang dianut oleh masyarakat. Dengan demikian, penyuluh kehutanan perlu menyelami dan memahami apa yang dianut oleh masyarakat agar dapat menerapkan inovasi dan teknologi yang dibawa oleh penyuluh kehutanan, serta mewujudkan visi misi konservasi di kawasan pelestarian alam. (rl)

Sumber  : Rusthesa Latritiani, S.Pi. - Calon Penyuluh Kehutanan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (Penulis dan foto)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini