Mempertahankan Langit Biru Diatas Hunian Orangutan

Minggu, 25 Agustus 2019

Pangkalan Bun, 23 Agustus 2019 - Di paruh kedua tahun 2019 ini prediksi BMKG sebagai otoritas yang mewenangi urusan meteorologi, klimatologi dan geofisika di Indonesia mulai menunjukkan ampuhnya. Kalimantan Tengah yang pada tahun ini diprediksi menjadi daerah yang berkategori WASPADA untuk kekeringan meteorologis, bersama daerah-daerah diantaranya  Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan, mulai menunjukkan peningkatan jumlah hotspot dari bulan-bulan sebelumnya, diperkirakan karena fenomena El-Nino yang menghambat pembentukan awan hujan, menyebabkan tingkat curah hujan sangat rendah (Berdasarkan Peta Monitoring Tanpa Hujan Berturut-turut, BMKG 2019).

Awal Juli 2019, hampir bersamaan titik api mulai bermunculan di seluruh kabupaten di Kalimantan Tengah, termasuk Kotawaringin Barat dan Seruyan, dimana Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) berada. Sepanjang Juli tidak banyak kemunculan hotspot di TNTP (11 Hotspot, berdasarkan arsip hotspot dari http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/hotspot/index dan https://earthdata.nasa.gov/earth-observation-data/near-real-time/firms ) yang kebanyakan berawal dari zona penyangga di tepi kawasan yang berbatasan dengan pemukiman dan perkebunan masyarakat maupun perusahaan.

“Teknik-teknik berburu dan nelayan darat di masa lalu masih diadopsi masyarakat hingga sekarang dan dengan pendekatan yang salah maka bisa berakbat fatal. Dahulu, pemburu akan membakar sepetak kecil di tepi hutan kemudian menunggu tunas baru bermunculan yang akan mengundang satwa, begitu juga nelayan darat yang mencari kubangan/danau kecil dihutan untuk mencari ikan biasanya akan menggunakan api untuk membersihkan tepian kubangan tersebut untuk memancing. Tetapi teknik dan kearifan lokal semacam itu saat ini mesti sangat hati-hati untuk diaplikasikan mengingat kondisi alam yang sudah berbeda, dan paling penting tidak dilakukan di musim kemarau, karena besar kemungkinan api akan merambat cepat,“ ujar Insan Kamil, S.Hut, Kepala SPTN Wil III Tanjung Harapan, TNTP di sela koordinasi internal satgas karhut TNTP.

Pembukaan lahan untuk ladang, kebun dan pemukiman juga sangat berpotensi mendatangkan kebakaran. Godaan membersihkan lahan dengan cepat menggunakan api sering menjadi bumerang dan berakibat menjalarnya api ke area yang tidak direncanakan untuk dibakar.

Agustus 2019 peningkatan jumlah hotspot di kawasan TNTP menjadi sangat drastis. Memasuki minggu ketiga bulan ini sendiri lebih dari 100 hotspot yang tertangkap satelit pemantau dan telah dilakukan ground check dan pemadaman oleh petugas TNTP, berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Manggala Agni Daops Pangkalan Bun, Kepolisian dan TNI, serta Ditjen Penegakkan Hukum KLHK.

Sejauh ini konsentrasi hotspot dan kebakaran hutan terbanyak berada di 3 (tiga) resort pengelolaan TNTP yaitu Resort Telaga Pulang SPTN Wil I di Pembuang Hulu, Resort Sungai Perlu SPTN Wil II Kuala Pembuang, keduanya berada di Kabupaten Seruyan, dan Resort Sungai Cabang, SPTN Wil III, yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Kendala akses hutan dan semak tanpa setapak dan ketersediaan air yang minim karena tinggi muka air tanah yang menurun drastis sangat menyulitkan petugas di lapangan untuk melakukan pemadaman secara langsung. Belum lagi, kecepatan dan arah angin yang membawa kepala api menjauh dari jangkauan pengejaran petugas darat semakin menambah beratnya pemadaman kebakaran.

Kepala Balai TNTP, Ir. Helmi menegaskan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar kawasan TNTP serta kewaspadaan petugas pada musim kemarau agar kejadian seperti ini tidak selalu terulang dari tahun ke tahun. “Keterbatasan-keterbatasan di lapangan idealnya bisa di minimalkan dengan peningkatan kemitraan bersama masyarakat sekitar, tujuannya agar secara bersama-sama menjaga kawasan TNTP yang telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang. Selain itu, upaya menjaga dan merestorasi fungsi hidrologi kawasan TNTP kedepan harus lebih diperhatikan. Kanal-kanal yang digali disekitar batas kawasan yang bertujuan mengeringkan tanah untuk ladang, kebun dan pemukiman sangat berkontribusi mengganggu sistem tata air tanah alami, sehingga pada saat kemarau tinggi muka air tanah turun sangat drastis dan otomatis permukaan tanah dan tumbuhan diatasnya menjadi kering dan menjadi bahan bakar potensial bagi api untuk menjalar.”

Sampai berita ini diturunkan, telah beberapa kali unit helikopter Water Bombing diturunkan untuk membantu memadamkan kebakaran di area yang tidak terjangkau petugas dikawasan TNTP dan belum semua yang terbakar berhasil dipadamkan. Koordinasi dengan Satgas Karhutla di Propinsi Kalimantan Tengah termasuk di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan terus dilakukan, semua demi birunya langit diatas hunian orang-orang, dan diatas hunian Orangutan, di Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

 

Sumber: Balai TN Tanjung Puting

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini