23 Mbou di Torong Padang

Kamis, 13 Desember 2018

Ngana, 13 Desember 2018. Torong Padang, suatu tanjung di Utara Pulau Flores yang masuk kedalam wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati, kawasan ini bernilai penting karena menjadi habitat alami biawak Mbou/Mbau atau yang lebih dikenal sebagai biawak komodo (Varanus komodensis).

Untuk memantau biawak Mbou yang menjadi spesies prioritas pada Balai Besar KSDA NTT maka dilakukan monitoring populasi secara rutin. Mitra yang membantu Balai Besar KSDA NTT untuk kegiatan tersebut adalah Yayasan Komodo Survival Program. Kemitraan ini berdasarkan Perjanjian Kerjasama dengan Yayasan Komodo Survival Program (KSP) periode 2016-2021 mengenai “Penguatan Fungsi KSA dan KPA serta Konservasi Keanekaragaman Hayati melalui Optimalisasi Konservasi Spesies Biawak Komodo (Varanus Komodoensis) dan Keanekaragaman Hayati Lain beserta Habitatnya pada Wilayah Kerja BBKSDA NTT”, Nomor: PKS. 49/K.5/TU/KSA/8/2017 dan Nomor: PKS.06/KSP/2017 tanggal 18 Agustus 2017.

Monitoring populasi Mbou di Torong Padang menggunakan kamera penjebak (Camera Trap) dan dibantu dengan umpan gantung. Diperkirakan sekitar 23 ekor biawak Mbou dengan kelas umur anakan, remaja, dan dewasa menghuni area tersebut.

Torong Padang juga merupakan habitat bagi satwa mangsa Mbou, yaitu rusa Timor. Ancaman utama terhadap kelestarian Mbou dan satwa mangsanya adalah aktivitas perburuan liar. Populasi rusa Timor pun relatif sedikit, hanya kurang dari 20% dari populasi di Taman Nasional Komodo. Hal ini menyebabkan sulitnya kedua jenis satwa tersebut dijumpai.

Torong Padang disebut juga Tanah Pirong atau tanah sakral bagi Suku Baar.  Torong Padang juga menjadi lokasi acara Napak (perburuan adat) yang dipimpin oleh Raja Riung bersama dengan pemuka adat diikuti oleh seluruh warga Riung menggunakan kuda, jerat, anjing berburu, dan tombak. Satwa yang diburu adalah rusa, babi hutan, babi landak dan musang. Tujuan upacara ini adalah membasmi hama sebelum melakukan usaha pertanian yang diawali pada bulan September – Oktober dengan prosesi, sebagai berikut: upacara penentuan tempat berburu, berburu adat, dan upacara pesta pembagian hasil buruan.

Sesungguhnya dengan adanya Mbou, rusa Timor, dan panorama alamnya, Torong Padang dapat menjadi magnet untuk pembangunan dan pengembangan wisata alam. Untuk mendorong wisata alam yang berkelanjutan perlu upaya bersama agar kawasan dan obyek daya tarik wisata alam Torong Padang lestari serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitanya.

 

Sumber : Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini