Seminar dan Lokakarya  Merancang Pemulihan Ekosistem Ranu Pani Taman Nasional  Bromo Tengger Semeru

Jumat, 14 September 2018

 

Malang - 13 September 2018, bertempat di Hotel Aria Mall Olympic Garden Kota Malang Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyelenggarakan  seminar dan lokakarya meramu strategi pemulihan ekosistem Ranu Pani. Seminar dan Lokakarya Pemulihan ekosistem Ranu Pani  diikuti oleh 55 peserta dari berbagai stakeholders diantaranya dari TNBTS, BPDASHL Brantas Sampeyan, LIPI, SKPD Pemerintah  Daerah Lumajang, Perwakilan Mahasiswa Universitas Brawijaya, Tokoh Adat Masyarakat Tengger Ranu Pani, Perwakilan Pemerintah Desa Ranu Pani, perwakilan komunitas Gimbal Alas, SAVER dan Forum Sahabat Gunung. Sebelum sessi diskusi dan  rumusan hasil rencana pemulihan ekosistem Ranu Pani,  disampaikan pemaparan materi  masing-masing oleh Ir. Pujiati dari TNBTS yang menyampaikan kondisi terkini  mengenai dinamika kondisi Ranu Pani; Andi Iskandar Zulkarnaen (perwakilan JICS & aktivis lingkungan Gimbal Alas) yang menyampaikan  “Sudut Pandang Pihak Ketiga Terhadap Degradasi Ekosistem Ranupani”; Dr. Ir. Titik Setyawati, M.Sc dari Puslitbang Kementerian LHK yang memaparkan mengenai Solusi Penanganan Salvinia molesta  dan  Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D dari Universitas Brawijaya yang berkenan menyampaikan materi  “Pengelolaan lahan pertanian di areal dengan kelerengan tinggi (Agroforestry lahan pegunungan)”. 

Semiloka Pemulihan Ekosistem Ranupani dibuka oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ir. John Kenedie, MM. Dalam kesempatan sambutannya John Menyampaikan bahwa : “Ranupani merupakan salah satu danau yang berada dalam wilayah pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang saat ini danau tersebut mengalami degradasi lingkungan yang cukup berat akibat dari aktivitas manusia pada lanskap disekitarnya. Ranupani mengalami dua permasalahan lingkungan yang cukup serius, pertama adalah permasalahan sedimetasi danau dan kedua permasalahan penutupan badan air oleh tumbuhan air Salvinia molesta. Kedua permasalahan tersebut jika tidak ditangani secara integral akan mengancam keberadaan danau dalam skala waktu yang cukup singkat. Akibat persoalan sedimentasi, luas Danau Ranupani berkurang sekitar 50 persen dalam kurun waktu 10 tahun. Luasan awal yang terdokumentasikan adalah sekitar 8 hektar, dan saat ini luasan danau hanya tersisa sekitar 4 hektar.

Upaya pengendalian sedimen yang masuk ke badan danau dilakukan secara mekanis dengan membangun dam penahan serta membuat bak penampung sedimen (sediment trap) pada inlet (masukan) aliran air di sekitar danau. Karena laju sedimentasi yang cukup tinggi, dam penahan dan penampung sedimen tidak dapat menampung sedimen yang mengalir ke dalam danau. Penanganan permalahan sedimentasi memerlukan kombinasi pemecahan solusi jangka panjang dan jangka pendek dari berbagai stakeholders tidak bisa dilakukan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru saja. Semiloka ini juga di harapkan oleh John mampu menghasilkan rumusan strategi penanganan melalui peran stakeholders dalam penanganan pemulihan ekosistem  Ranu Pani sehingga terpetakan peran apa dan dilakukan oleh siapa.“  

Sementara itu Tri Cahya Nugraha selaku Kepala Seksi Perencanaan, Perlidungan dan Perpetaan menyampaikan bahwa maksud diselenggarakannya Semiloka ini  adalah untuk mendapatkan solusi penanganan sedimentasi dan pembersihan Salvinia Ranupani. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai forum, wahana atau media stakeholders untuk mengidentifikasi peluang, permasalahan dan tantangan dalam pelestarian Ranupani; mempertemukan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pelestarian  Ranupani; menggali solusi permasalahan kerusakan ekosistem Ranupani; dan Menentukan peran para pihak dalam upaya pemulihan ekosistem Ranupani.  Lebih jauh Cahyo berharap bahwa Semiloka Pemulihan Ekosistem Ranu Pani mampu menggali dan mengetahui berbagai macam informasi diantaranya “mengenai permasalahan, tantangan dan peluang pelestarian Ranupani; informasi mengenai situasi terkini dari kerusakan ekosistem Ranupani; berbagai alternatif solusi penanganan kerusakan ekosistem Ranupani serta hal penting lainnya yaitu para pihak mengetahui peran dan posisi yang dapat diambil penanganan pemulihan ekosistem Ranupani” pungkas Cahyo.

Sumber: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini