HKAN 2020 Akan Menjadi Momentum Reaktivasi Kawasan Konservasi

Minggu, 13 September 2020

Pada akhir tahun 2019, ujian terhadap peradaban manusia memasuki babak baru dengan munculnya episentrum wabah virus corona di Wuhan yang dikenal dengan Covid-19. Seiring dengan kemampuan penyebarannya hingga melanda seluruh dunia, World Health Organization (WHO) kemudian menyatakannya sebagai global pandemic pada tanggal 11 Maret 2020. Sejalan dengan penetapan status global ini, seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, terus berupaya menanggulangi wabah Covid-19. Bahkan, pemerintah Indonesia telah mengkonsentrasikan sumber daya negara untuk menahan laju infeksi Covid-19 dan kematian manusia yang diakibatkannya sampai dengan ditemukannya vaksin.

Pada akhirnya, kejadian pandemi ini telah membawa peradaban manusia ke dalam sebuah dimensi baru kehidupan yang mengharuskan cara hidup baru yang dikenal dengan istilah adaptasi kebiasaan baru (AKB), agar dapat beradaptasi dan bertahan dalam situasi pandemi yang belum berakhir.Pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan saja, namun juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, terutama di bidang ekonomi, termasuk sektor pariwisata alam. Upaya reaktivasi kawasan konservasi pada bulan Juli 2020 yang bersamaan dengan skenario masa transisi dan pemulihan yaitu Juli hingga Desember, jumlah pengunjung ke kawasan konservasi (suaka margasatwa, taman nasional, dan taman wisata alam) diprediksi hanya akan mencapai 50% dibandingkan dengan tahun 2019, kecuali pada bulan Juli yang diasumsikan sama dengan Maret 2019 atau lebih landai (Direktorat PJLHK, 2020). Berdasarkan data dan proyeksi Direktorat PJLHK (2020), nilai ekonomi sektor pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, dan taman wisata alam yang hilang akibat pandemi Covid-19 selama tahun 2020 adalah Rp1,5 trilyun hingga Rp1,9 trilyun.

Oleh karena itu, reaktivasi kawasan konservasi untuk mendukung kegiatan pariwisata alam mengusung konsep forest for healing yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya living with nature yang tidak mengedepankan jumlah pengunjung (mass tourism), namun justru quality tourism yang mengedepankan inovasi untuk menambah durasi kunjungan dan kemanfaatannya dari aspek kemanusiaannya dan kelestarian alamnya. Seiring dengan optmisme yang sedang dibangun, living with nature merupakan salah satu cara pemulihan yang potensial dilakukan. Kawasan konservasi dengan pariwisata alamnya menjadi salah satu kekuatan bangsa Indonesia untuk dapat pulih pasca Covid-19 dalam tatanan baru (new normal). Matthew Silverstone (dalam buku Blinded bu Science pada 2014) menyebutkan bahwa berwisata dengan mengaktifkan interaksi panca indera dengan elemen alam, terbukti mampu meningkatkan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan spiritual, memberikan energi dan ketenangan.

Pemulihan mental dan fisik individu dan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan forest for healing di kawasan konservasi.Dengan demikian, pentingnya memulihkan kehidupan dan peradaban manusia yang harmoni dengan alam dalam rangka menyongsong era baru (new normal) pasca pandemi Covid-19 ini akan menjadi semangat dalam peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2020. Hal ini tentu sejalan dengan HKAN sebagai momentum keteladanan dan aksi nyata memasyarakatkan konservasi alam sebagai sikap hidup dan budaya bangsa Indonesia.

Semangat HKAN ini diawali 30 tahun yang lalu dengan lahirnya UNdang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Dengan mengusung tema "Nagara Rimba Nusa: Merawat peradaban Menjaga Alam", maka penyelenggaraan HKAN tahun 2020 di Taman Nasional Kutai, Provinsi Kalimantan Timur ini diharapkan dapat menjadi titik awal kebangkitan bangsa Indonesia yang harmoni dengan alam pasca pandemi global Covid-19. Hal ini juga untuk mendukung Provinsi Kalimantan Timur sebagai calon Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia yang baru pada lahan seluas +256.142 ha (berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara) yang mengusung tema Nagara Rimba Nusa yang diterjemahkan dalam konsep forest city dalam konteks living with nature dalam rancangan pembangunannya.

Pandemi COVID-19 saat ini tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan saja, namun juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, terutama di bidang ekonomi, termasuk sektor pariwisata alam. Berdasarkan data dan proyeksi Direktorat PJLHK (2020), nilai ekonomi sektor pariwisata alam di suaka margasatwa (SM), taman nasional (TN) dan taman wisata alam (TWA) yang hilang akibat kejadian pandemi COVID-19 selama tahun 2020 adalah Rp. 1,5 trilyun hingga Rp. 1,9 trilyun. Saat ini, setelah sebelumnya sejak 16 Maret 2020 seluruh kawasan konservasi ditutup akibat pandemi COVID-19, secara bertahap sebanyak 72 TN/TWA/SM telah reaktivasi untuk kunjungan wisata alam dengan menerapkan tata kelola kunjungan wisata alam yang lebih baik lagi, penerapan kuota kunjungan, protokol kunjungan wisata alam dan protokol kesehatan serta berpihak kepada masyarakat sekitar untuk menggerakkan roda perekonomian sekitar kawasan konservasi.  

Untuk menghindari terjadinya euforia berlebihan yang dapat membahayakan obyek dan daya tarik wisata alam akibat aktivitas pariwisata alam yang tidak terkendali (mass tourism), maka reaktivasi kawasan konservasi (SM, TN dan TWA) yang sedang dilakukan untuk mendukung kegiatan pariwisata alam adalah wisata konservasi yang mengusung konsep forest for healing yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya living with nature. Konsep tersebut tidak mengedepankan jumlah kunjungan (mass tourism) namun justru quality tourism yang mengedepankan inovasi untuk menambah durasi kunjungan dan kemanfaatannya dari aspek kemanusiaannya dan kelestarian alamnya.

Dengan demikian, HKAN tahun 2020 menjadi momentum reaktivasi kawasan konservasi sebagai destinasi wisata alam dan Taman Nasional Kutai akan menjadi representasi bagaimana Forest for Healing dapat dilakukan dalam kerangka kebangkitan Indonesia pasca Covid-19 untuk mendukung persiapan Provinsi Kalimantan Timur sebagai IKN yang baru.

 

Selamat Hari Konservasi Alam Nasional 2020!

 

Sumber: Direktorat PJLHK

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini