Ngemil dan Dongeng Sang Katak Bertanduk

Rabu, 15 Mei 2019

Cibodas, 15 Mei 2019. Benarkah ada katak atau kodok yang memiliki tanduk? Dimana kita dapat menemukannya? Ini beneran atau cuma dongeng? Mungkin itu pertanyaan awam yang terbersit saat kita membaca judul tulisan ini. Untuk tahu lebih jauh, yuk kita NGEMIL (Ngobrol Ekologi Sambil Menelisik Lingkungan Sekitar Kita).

Katak atau bangkong bertanduk termasuk kelas amfibia dari suku Megophryidae. Ilmuan menyebutnya dengan Megophrys montana Kuhl & Van Hasselt (1822), “sinyo” Inggris menyebutnya “horned frog”. Namun, sebenarnya tanduk tersebut adalah perpanjangan dermal pada bagian mata yang menyerupai tanduk.

Iskandar (1998), mendeskripsikan tubuh katak bertanduk berwarna coklat keabu-abuan sampai cokelat kemerah-merahan, dengan bintik kehitaman di bawah mata dan sepasang bentol di belakang antara kaki. Biasanya terdapat di antara serasah daun, berkamuflase sempurna dengan lingkungan lantai hutan, dan pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan sampai ke pinggiran sungai. Katak ini tidak akan bergerak jika tidak disentuh atau diganggu. Anaknya (berudu) memiliki mulut seperti corong, dan biasanya dijumpai di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus.

Mengutip pernyataan Misbahul Munir (2018) dalam situs Mongabay.co.id, katak dari kelompok herpetofauna ini tergolong katak endemik Jawa, artinya hanya dijumpai dan tersebar di Pulau Jawa. Meskipun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, kriteria jenis dilindungi adalah endemik, populasi yang kecil dan terjadi penurunan jumlah individu di alam, namun katak bertanduk tidak terdaftar dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi. IUCN memasukan katak ini pada kategori Least Concern (tingkat risiko rendah), karena dapat beradaptasi dengan baik dan dianggap populasi besar. Selain itu, keberadaan katak bertanduk di alam (secara umum) seringkali dijadikan indikator lingkungan yang baik.

Katak bertanduk di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sampai dengan saat ini masih sering ditemukan, meskipun pada saat Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) melaksanakan inventarisasi herpetofauna di wilayah Bogor pada tahun 2017, hanya menemukannya di kompleks Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB). Baru-baru ini, saat petugas membersihkan areal Perkemahan Barubolang ditemukan pula katak bertanduk.

Jadi, saat teman-teman berkemah di hutan atau mendaki gunung ada baiknya mengamati dulu lantai hutan sebelum mendirikan tenda, siapa tahu ada katak bertanduk nanti mungkin tertindih tenda.

Sumber: Ayi Rustiadi, S.Si. - PEH Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini