Mudahnya Booking Online dan Pakai Gelang Ber-Chip Saat Naik Gunung Merbabu

Rabu, 15 Mei 2019

Jakarta, 15 Mei 2019. Sepuluh hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, Jumat (26/4/2019), tim Jelajah 54 Taman Nasional Indonesia, berkesempatan menjadi kelompok pendaki pertama yang mencoba sistem booking online dan menggunakan gelang berwarna orange bertuliskan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) yang sudah ditanamkan chip Radio Frekuensi Identification (RFID). Pendaftaran online sendiri salah satu tujuan utamanya agar data para pendaki lebih valid dan terverifikasi serta membatasi jumlah kuota pendaki. Sesuai hasil kajian yang sudah dilakukan, menurut plh. Kepala Balai TNGMb, Johan Setiawan, jumlah kuota pendaki yang berada di gunung, termasuk yang sedang mendaki dan turun dalam satu hari tidak boleh lebih dari 1000.

“Untuk jumlah kuota ada angka persisnya. Nantinya jika sudah berlaku dan diterapkan secara resmi, seluruh chek-in dan chek-out point setiap jalur pendakian resmi: Selo, Cunthel, Thekelan, Wekas dan Suwanting akan terkoneksi secara nirkabel ke Kantor Balai TNGMb. Namun, saat ini baru jalur Selo yang sudah terkoneksi”, kata Johan Setiawan, di kantor Resort Selo.

Ternyata caranya mudah banget. Selama ada koneksi internet, kita bisa lakukan dari mana saja. Saat melakukan uji coba sehari sebelumnya, tim jelajah langsung membuka situs https://tngunungmerbabu.org yang merupakan situs resmi Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb). Kemudian buka bagian booking online sampai keluar bagian form pengisian data calon pendaki. Informasi semuanya harus diisi sesuai dengan kartu identitas kita yang berlaku, tanggal serta jalur naik dan turun, nama kelompok atau organisasi, email dan nomor kontak keluarga yang dapat dihubungi.

Tidak sampai disitu, dalam form tersebut juga terdapat daftar peralatan standart minimal pendakian sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan lainnya yang harus diisi. Jadi, menurut Johan Setiawan, jika ada peralatan dan perlengkapan lainnya yang tidak sesuai standart atau kurang, pengelola akan memberitahukannya agar melengkapinya. Menurut pak Johan Setiawan, karena di rumah atau tempat tinggal asalnya dan mempunyai banyak waktu, para calon pendaki dapat dengan tenang dan teliti mengisi datanya.

Setelah form terisi lengkap dan benar serta mendapatkan balasan email dari pengelola dan nomor registrasi, kemudian kita dapat mengunduh aplikasi Merbabu Emergency Report. Dimana aplikasi ini bekerja dengan menggunakan sistem Voice  over Internet Protokol (VoIP) agar pelaporan keadaan darurat dapat lebih cepat sampai dan cepat.

“Sistem VoIP menggunakan jaringan nirkabel yang terhubung langsung dengan Kantor Resort Selot. Jadi setiap kelompok pendaki akan terdeteksi jika sudah melewati tower emergency report yang berada di Sabana 1. Kemudian jika terjadi keadaan darurat, pendaki dapat langsung menuju tower untuk menghubungi petugas melalui aplikasi yang sudah diunduh pada smartphonenya”, jelas Andi Ronikus, relawan yang juga mitra pengembang dari Balai TNGMb yang juga ikut serta mendampingi tim jelajah mendaki gunung Merbabu.

Setelah menunjukkan kartu identitas pada chek point di Resort Selo dan data terverifikasi juga valid, kemudian tim Jelajah 54 TN Indonesia mendapatkan satu gelang orange. Menurut Johan Setiawan, sementara ini setiap kelompok pendaki (pimpinan regu) hanya akan mendapatkan satu gelang RFID dengan uang jaminan Rp 50.000 yang akan dikembalikan begitu pendaki telah turun dan melaporkan kembali kepada petugas. Dengan demikian setiap kelompok pendaki selalu menjaga kebersamaan dan keamanan anggotanya.

Setelah mendaki sekitar 5 jam sambil menikmati pesona alam gunung Merbabu dan mengikuti petugas Balai TNGMb monitoring satwa dan jalur pendakian Selo, Sekitar pukul dua siang, tim Jelajah 54 TN Indonesia yang juga didampingi langsung Kepala Resort Selo, Sutopo dan beberapa rekan dari Balai TNGMb, tiba di Sabana 1. Kawasan ini merupakan salah satu camp para pendaki bermalam, selain Sabana 2 dan pos 3, sebelum pagi dini hari melanjutkan pendakian menuju puncak Merbabu atau summit attack.

Sesaat setelah menikmati keindahan Sabana 1 dengan pemandangan jalur yang membelah padang sabana menuju puncak gunung Merbabu dan panorama gunung Merapi, Andi Ronikus mengajak tim jelajah menuju lokasi dimana menara Merbabu Monitoring dan Emergency Report berada.

“Menara ini berfungsi sebagai sarana pengawasan keselamatan dan pengamanan di kawasan sabana 1. Dapat memonitor keadaan cuaca areal camp dan sekitar kawasan puncak secara realtime dengan menggunakan koneksi nirkabel yang terhubung langsung dengan kantor Balai TNGMb dan kantor Resort Selo. Jadi jika cuaca sekitar camp dan puncak buru, langsung dapat terpantau. Dan dapat menjadi acuan pengelola untuk menutup jalur pendakian sementara waktu”, ujar Andi Ronikus di Sabana 1.

Dari menara yang sudah dilengkapi CCTV tersebut, tim Jelajah 54 TN Indonesia, juga coba menghubungi petugas di Resort Selo melalui aplikasi Merbabu Emergency Report. Terbukti tim dapat berbicara langsung dengan petugas, walaupun tanpa sinyal internet. Seperti kata pak pak Johan Setiawan sebelumnya, semuanya untuk meminimalisir dampak dari terjadinya kecelakaan saat pendakian.

Sobat konservasi dan jelajah, tidak hanya itu, tim jelajah juga mendapat kesempatan melihat bagaimana posisinya dapat terpantau 3 kamera CCTV yang terpasang pada menara tersebut. Benar-benar terobosan yang keren dari Balai TNGMb.

“Inovasi yang keren sih ini kalau dapat diberlakukan pada semua gunung di Indonesia. Pendaki dapat lebih aman dan terpantau. Sistem ini juga mengajarkan pendaki agar lebih tertib dan saling menjaga kerbersamaan serta bertanggungjawab akan sesama teman atau kelompoknya”, kata Medina Kamil, anggota tim Jelajah 54 TN Indonesia di Sabana 1.

Hal tersebut juga diamini oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, saat bertemu dengan tim Jelajah 54 TN Indonesia dan staff Balai TNGMb di Resort Selo, Sabtu (27/4/2019) malam. Beliau menyambut baik terobosan ini dan berharap harus terus dikembangkan lebih baik lagi serta dapat diterapkan pada gunung-gunung di Indonesia, khususnya dalam kawasan konservasi, seperti taman nasional dan taman wisata alam. Prinsipnya harus “zero waste” dan “zero accident”.

Nah, sobat konservasi dan jelajah, yuk jadi pendaki yang cerdas dan bertanggungjawab. Mematuhi segala prosedur yang berlaku dalam kawasan dan persiapkan segala sesuatunya dengan baik dan benar. Pastinya juga bersama-sama menjaga kelestarian kawasan serta fasiltas dan sarana yang telah disiapkan pengelola untuk kebaikan kita semua.

Sumber : Tim Jelajah 54 TN Indonesia & Balai Taman Nasional Gunung Merbabu

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini