Bunga Bangkai Mekar di Manggis Gadungan

Jumat, 16 November 2018

Sidoarjo, 16 Oktober 2018. Hujan pertama turun membasahi Cagar Alam (CA) Manggis Gadungan, panasnya udara didinginkan oleh rintik hujan yang tak terlalu deras. Turunnya hujan pertama tersebut ternyata mampu memicu bunga bangkai memulai fase generatif. Kuncup bunga Amorphophallus paeniifolius atau biasa disebut sebagai Suweg oleh masyarakat lokal muncul di dekat pal 3. 10 hari kemudian kuncup menjadi mekar sempurna.

Amorphophallus adalah salah satu nama marga tumbuhan dari keluarga talas-talasan (Araceae). Ciri utama keluarga talas-talasan adalah berbatang basah (herba) dan bunga terdiri atas seludang (spatha) dan tongkol (spadix). Amorphophallus sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno “Amorphos” yang berarti “cacat, tanpa bentuk” dan “phallos” yang berarti “penis”. Beranggotakan sekitar 200 jenis, Amorphophallus merupakan tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis mulai dari kawasan Afrika Barat hingga ke Kepulauan Pasifik termasuk Indonesia. Banyak jenisnya yang bersifat endemik, dari sekitar 25 jenis yang tumbuh di Indonesia, 18 diantaranya endemik.

Ada beberapa pemahaman keliru, diantaranya menyamakan Amorphophallus dengan bunga Rafflesia. Padahal antara Amorphophallus dan Rafflesia adalah dua bunga yang berbeda meskipun sama-sama berukuran raksasa dan mengeluarkan bau busuk. Sesungguhnya Raflesia dan Amorphophallus  memiliki beberapa perbedaan yaitu klasifikasi biologi, bentuk, warna, cara hidup maupun siklus hidupnya.

Amorphophallus mengalami dua fase dalam hidupnya, generatif dan vegetatif yang bergantian secara terus menerus. Pada fase vegetatif di atas umbi Amorphophallus tumbuh batang semu dan daun. Bagian yang tampak seperti batang sesungguhnya adalah tangkai daun, maka disebut batang semu. Tangkai daun biasanya panjang, halus, jarang-jarang kasar berbintil, biasanya dengan pola-pola loreng dari berbagai warna dan bentuk. Helaian daun sekilas tampak mirip daun pepaya.

Berakhirnya fase vegetatif ditandai dengan layunya batang semu dan daun, menyisakan umbi di dalam tanah. Apabila kondisi memungkinkan dan cadangan energi mencukupi, fase generatif segera muncul yaitu dengan munculnya bunga majemuk yang menggantikan batang semu dan daun yang layu tadi.

Saat bunga bangkai mengalami fase generatif (mekarnya bunga), bunganya mengeluarkan bau menyengat seperti bau bangkai. Bau busuk ini berfungsi sebagai pemikat bagi lalat dan kumbang yang akan membantu proses penyerbukan. Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Dan bunga bangkai kemudian kembali memasuki fase vegetatif. Kedua fase ini terjadi bergantian, berulang dan terus menerus.

Beberapa ciri Suweg diantaranya batang semu (tangkai daun) tumbuh tegak, lunak, dan berwarna hijau (mulai dari muda hingga gelap) berbelang-belang putih; permukaan tangkai daun Suweg kasar bila diraba, tangkai daun pada ketinggian tertentu (dapat mencapai 1,5 m) menjadi tiga cabang sekunder dan akan mencabang lagi sekaligus menjadi tangkai helai daun; helai daun ada yang menyatu pada tangkai daun. Suweg tidak memiliki tonjolan berwarna cokelat kehitam-hitaman (disebut bulbil) pada bagian percabangan tangkai daun.

Bunga muncul apabila simpanan energi berupa tepung di umbi sudah mencukupi untuk pembungaan. Sebelum bunga muncul, seluruh daun termasuk tangkainya akan layu. Bunga tersusun majemuk berupa struktur khas Araceae, yaitu bunga-bunga tumbuh pada tongkol yang dilindungi oleh seludang. Kuntum bunga tidak sempurna, berumah satu, berkumpul di sisi tongkol, dengan bunga jantan terletak di bagian distal (lebih tinggi) daripada bunga betina. Struktur generatif ini pada saat mekar mengeluarkan bau bangkai yang memikat lalat untuk membantu penyerbukannya.

Amorphophallus paeniifolius (Suweg) merupakan satu dari 3 jeni Amorphophallus yang dapat dijumpai di CA. Manggis Gadungan. Dua jenis Amorphophallus lain adalah Amorphophallus variabilis (Gaceng) dan Amorphophallus muelleri (Iles Iles). Setelah Suweg pertama di dekat pal 3 layu, muncul fase generatif Suweg lainnya di dekat pal 8. Suweg kedua yang berbunga ini pertama kali dijumpai pada awal bulan November dan mekar sempurna 8 hari kemudian, serta mulai membusuk pada November. (Siti Nurlaili, PEH Pertama pada RKW 03)

 

Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini