Cerita Dibalik Harmonisasi Alam dan Budaya di Taman Nasional Kelimutu

Rabu, 15 Agustus 2018

 

Ende, 15 Agustus 2018. Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata (Patika) yaitu upacara memberi makan/sesaji arwah leluhur masyarakat Suku Lio di danau 3 warna Taman Nasional Kelimutu. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2018 dan merupakan puncak  acara dari rangkaian kegiatan dalam Festival Danau Kelimutu yang berlangsung dari tanggal 7-14 Agustus 2018.

Tahun ini upacara Pati Ka dilaksanakan dengan penobatan  Kepala Balai TN Kelimutu sebagai Mosa Tau Dai Sa’o Ongga Eo Enga Tenda (Mosalaki  Penjaga Rumah) Ketua Forum Komunitas Adat Kelimutu disaksikan oleh Bupati dan Wakil Bupati Ende.

Upacara dimulai dengan iring-iringan para  Mosalaki (pemangku urusan adat) dan Atalaki dari tempat berkumpul di lopo areal wisata yang berperan sebagai Sao Ria Tenda Bewa (rumah adat) berjalan menuju batu sesembahan (Tubu Musu) upacara adat di sekitar areal Danau Kelimutu sepanjang 1 km dengan membawa sesaji seperti, sirih pinang, makanan dan minuman.

Di areal Tubu Musu seluruh Mosalaki dan Atalaki  melakukan upacara diawali dengan doa dan meletakkan sesajian di batu sesembahan kemudian  dilanjutkan dengan tarian adat (gawi) bersama dengan nyanyian puji-pujian syukur atas segala yang telah diperoleh.

Setelah upacara Patika kemudian dilanjutkan dengan acara pentas seni & budaya masyarakat di areal parkir Taman Nasional Kelimutu .  Dalam acara ini juga diberikan bantuan dari Balai TN Kelimutu untuk  masyarakat berupa kompor kirinyuh yang disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati Ende.

Upacara Patika ini sangat bermakna jika dikaitkan  dengan tema Hari Konservasi Alam Nasional tahun ini, yaitu HARMONISASI ALAM DAN BUDAYA. Taman Nasional Kelimutu merupakan kawasan adat masyarakat Lio yang dipangku oleh sekitar 21 desa adat yang dipimpin oleh Mosalaki. Hubungan antara masyarakat Lio (sebagai penyangga Taman Nasional Kelimutu) dengan Danau Kelimutu sangat erat. Hal ini dikarenakan mereka meyakini bahwa arwah leluhur maupun keluarganya yang meninggal akan bersemayam di dalam Danau Kelimutu.  Dengan adanya hubungan yang sangat erat dan kental ini mereka sangat mensakralkan kawasan Danau Kelimutu, dan ini sangat bermanfaat positif dari aspek konservasi, karena mereka (masyarakat Ende-Lio) tidak akan berani merusak potensi yang ada di sekitar Danau Kelimutu atau secara umum yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu.

Balai Taman Nasional Kelimutu yang mempunyai tanggung jawab mengelola kawasan Taman Nasional Kelimutu yang didalamnya terdapat Danau Kelimutu, secara langsung dan tidak langsung akan berinterkasi dengan masyarakat Ende-Lio, akibat adanya irisan kepentingan di Danau Kelimutu dan sekitarnya. Sebagai pengelola kawasan Taman Nasional Kelimutu, Maka Balai Taman Nasional Kelimutu secara langsung telah berperan dalam menjaga dan melindungi tempat arwah-arwah leluhur masyarakat Ende-Lio bersemayam.

Perwujudan syukur dengan memberikan sesajian kepada arwah leluhur maupun keluarga yang bersemayam di Danau Kelimutu, dengan harapan agar usaha kerja dan mata pencaharian yang mereka lakukan dilereng-lereng Gunung Kelimutu dapat hasil yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa secara sadar mereka menyadari bahwa kawasan Taman Nasional Kelimutu berperan sebagai penyangga kehidupan mereka, baik dari sector pertanian, peternakan hingga pariwisata alam. 

Dari sinilah peran yang harus dimunculkan oleh Balai Taman Nasional Kelimutu untuk memberikan support bagi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Kelimutu, untuk menjaga kawasan sebagai lokasi arwah leluhur, sebagai sumber pendukung kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana Balai Taman Nasional Kelimutu dapat mendorong usaha produktif masyarakat penyangga dengan memberikan pelatihan keterampilan, pemberian bantuan penunjang usaha dan juga menjalin sinergi dengan pemerintah Kabupaten Ende, lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berada di Kabupaten Ende dan sekitarnya.

Oleh karenanya sudah sewajarnya dan sepantasnya jika Balai Taman Nasional Kelimutu sebagai unit organisasi yang mengelola kawasan hutan di pegunungan kelimutu, pimpinannya dinobatkan sebagai mosalaki.  Ya, mosalaki yang mengurusi kawasan konservasi yang digunakan sebagai tempat arwah bersemayam, kawasan konservasi yang berperan dalam menopang kehidupan masyarakat Lio Dan Ende.

Sebagai perwujudan sumbangsih Balai Taman Nasional Kelimutu dalam memperingati Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2018, tidaklah dengan memperbanyak kegiatan atau event, tapi cukup dengan penobatan kepala Balai Taman Nasional Kelimutu sebagai Mosa Tau Dai Sa’o Ongga Eo Enga (Mosalaki Penjaga Rumah), merupakan perwujudan dan upaya Balai Taman Nasional Kelimutu untuk terus menjaga dan menjalin hubungan yang harmonis antara alam Taman Nasional Kelimutu dengan budaya masyarakat Ende-Lio (Jok.2018).

Sumber : Balai Taman Nasional Kelimutu

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini