Sang Garuda Kembali Lahir

Rabu, 15 Agustus 2018

Kuningan, 15 Agustus 2018. Kabar gembira datang lagi dari Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Salah satu spesies kunci kawasan TNGC yang merupakan lambang dari Negara Indonesia yaitu burung Garuda atau lebih dikenal dengan nama Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) telah kembali lahir. Kelahiran anakan Elang Jawa tersebut berasal dari indukan yang sama yang juga melahirkan anakan Elang Jawa pada tahun 2017.

Pada saat monitoring elang Jawa tepatnya tanggal 28 Maret 2017, tim yang tergabung fungsional. Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dikejutkan dengan benda putih bergerak-gerak di sarang. Setelah diamati dengan bantuan binokuler, ternyata ditemukan anakan elang Jawa yang baru berusia tiga minggu (berdasarkan referensi buku Dewi Malia Prawiradilaga).

Setelah itu, tim intens melakukan pemantauan dan mendokumentasikannya setiap minggu. Bahkan terekam sampai anakan elang jawa belajar terbang dari pohon satu ke pohon lainnya kira-kira berumur delapan minggu (dua bulan) karena ke lokasi pohon sarang jaraknya cukup jauh jalan kaki kurang lebih satu kilo dengan menyusuri sawah dan mendaki hutan pinus (Pinus merkusii) yang cukup terjal. Kondisi sarang ketika anakan usia 2,5 bulan sudah mulai rusak dan hilang materialnya.

Kemudian monitoring dilakukan kembali pada tahun 2018 tepatnya pada tanggal 1 Agustus 2018. Monitoring kali ini sebenarnya bertujuan untuk memantau kondisi sarang yang sebelumnya dalam kondisi rusak dan hilang materialnya. Pohon sarang posisinya berada di cerukan (lembah) dan tidak jauh dari sumber mata air di atas pohon tinggi besar jenis Kedondong hutan (Spondias pinnata) pada ketinggian ±25 meter dari permukaan tanah. Di bagian bawah pohon sarang sekelilingnya ditumbuhi pohon Salak (Salacca zalacca) sehingga manusia atau satwa lain sulit untuk memanjat. Formasi vegetasi di sekitar sarang cukup rapat oleh pohon tinggi besar seperti jenis Kecapi (Sondaricum koetjape), Saninten (Castanopsis argentea), Pasang (Lithocarpus elegant), Keruing Jawa (Dipterocarpus hasselti) dan sebagian tumbuhan didominasi oleh jenis Bambu (Gigantochloa apus).

Namun fakta yang terjadi adalah tim monitoring elang Jawa kembali dikejutkan dengan lahirnya individu baru elang Jawa di dalam sarang yang sama. diperkirakan lahir dari indukan yang sama. Usia anakan diperkirakan berusia enam minggu (1,5 bulan). Fakta ini telah membantah beberapa pendapat para ahli yang menyatakan bahwa elang Jawa hanya bertelur dua tahun sekali. Sebelumnya tim memprediksi indukan elang Jawa pada sarang tersebut akan bertelur dan beranak lagi pada tahun 2019, namun ternyata kelahiran anakan elang Jawa lebih cepat dari yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan bahwa Taman Nasional Gunung Ciremai masih menjadi habitat yang mendukung keberlanjutan hidup sang Garuda di alam liar. [Teks & Foto © Iwan Sunandi-BTNGC | 082018]

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini