Balai Besar TNGGP Gelar Semi-Tour Pendidikan Konservasi dan Lingkungan “Dikoling”

Rabu, 21 Februari 2018

Perilaku warga NKRI masih banyak yang menyampah, senang memproduksi dan buang sampah sembarangan, padahal ada ungkapan“Sungguh tidak baik, bila sampah dijadikan kebanggaan nasional”. Sungguh tepat ungkapan itu, karena bagaimanapun sampah merupakan masalah besar yang menonjol di “Bumi Pertiwi”ini dan tidak patut dipertahankan. Begitu pula di kawasan hutan konservasi, pernah muncul anekdot “Bila anda tersesat di hutan kawasan Indonesia, jangan panik, ikuti saja sampah anda dijamin selamat sampai perkampungan”. Apakah kita akan tetap bangga dengan predikat “Penyampah”?. tentu tidak! Untuk itu kita terus berupaya menanggulanginya, melalui berbagai cara. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sebagai instansi yang mempunyai fungsi antara lain sebagai tempat pendidikan konservasi, terus mengupayakan penanganan masalah sampah.

Semi –Tour “Dikoling”
Dalam upaya penyebarluasan informasi konservasi, terutama permasalah sampah, pada tanggal 15 Februari 2018, Balai Besar TNGGP menyelenggarakan acara “Semi Tour Pendidikan Konservasi dan Eduwisata” sekaligus memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Dalam acara ini dilangsungkan “Seminar Pendidikan Konservasi Terpadu Wisata Edukasi”, yang diikuti 50 peserta.

Dalam acara seminar tersebut disampaikan selintas informasi tentang TNGGP, melalui pemaparan dan pemutaran film dokumenter oleh I. Made Artawan. Selanjutnya Yunior Ekspert JICA, Asakawa Yoko, berbagi pengalaman tantang “Pendidikan Konservasi dan Lingkungan”. Dr. Amril Muhammad dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sempat menyampaikan materi tentang “Pamanfaatan Potensi Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pembelajaran dan Cara Mengintegrasikan Materi PLH ke dalam Kurikulum Formal”. Dilanjutkan oleh Anita Dwi Suprapty dari Universitas Pertahanan yang menyampaikan tentang “Ketahanan dan Cara Hemat Energi”.

Semua materi yang disampaikan narasumber tersebut di atas, cukup menarik dan bermanfaat bagi para peserta seminar. Hal ini terbukti dengan ramainya sesi diskusi, para peserta yang kebanyakan guru dari berbagai sekolah sekitar Cianjur (baik tingkat SD, SLTP, maupun tingkat SLTA), aktif bertanya dan bersumbang saran.

Selama kegiatan diusahakan meminimalisir sampah, makanan, dan minuman tidak dikemas dalam bungkusan, tapi cukup disajikan pada piring. Untuk minum setiap perserta membawa gelas masing-masing, untuk menghidari plastik kemasan air. Untuk lap tangan tidak menggunakan kertas tissue.

Selesai seminar, acara dilanjutkan dengan kunjungan ke areal wisata Danau Mandalawangi dan rumah adat Korea. Dalam acara kunjungan wisata ini, para peserta sempat menikmati atraksi berbagai satwa liar yang hidup di hutan sekitar Danau Mandalawangi, menikmati perairan danau di perahu, sekaligus melihat cara penanganan sampah di TNGGP.

Mulai dari Reduce sampai Recycle

Penangan sampah di kompleks Danau Mandalawangi, hanya sebagian kecil upaya penanganan sampah yang dilakukan Balai Besar TNGGP. Mulai tahun 2011 Balai Besar TNGGP mengantongi sertifikat ISO 14001, yang mencakup penanganan sampah. Eco Office pun telah mulai digalakkan di lingkungan kantor TNGGP.

Secara garis besar penanganan sampah di Balai Besar TNGGP, dapat dikelompokan pada reduce, rescue, reuse, dan recycle. Kegiatan yang terkelompokan pada “reduce” antara lain melalui penyuluhan (himbauan, peringatan, dan pembinaan), pemeriksaan, serta pembatasan bawaan wisatawan untuk setiap pengunjung.

Untuk sampah yang sudah terlanjur ada dalam kawasan konservasi dilakukan “rescue”, melalui operasi bersih yang rutin dilakukan setiap minggu. Setelah peroses rescue, dilakukan pemilahan, sampah yang masih bisa dimanfaatkan dikumpul dan dibersihkan untuk dimanfaatkan kembali seperti botol gelas dan alumunium bekas kemasan minuman. Benda yang sudah tidak bisa di-reuse dipilah, misalnya kelompok plastik, aluminium, gelas, kulit, dan lain-lain. Bisanya para pemungut sampah datang untuk melakukan perannya sebagai pemilah, pemilih, dan pemanfaat sampah tersebut. Untuk sampah organik, dibuat kompos dengan metoda lubang berpindah.

Untuk kegiatan reuse dan recycle serta sekaligus penyadarpedulian masyarakat di zona penyangga, Balai Besar TNGGP telah melaksanakan berbagai program, antara lain pembentukan “Bank Sampah Assalam”, pembinaan home industry yang mengolah dan memanfaatan sampah, dan penyelenggaraan Perpustakaan Keliling (Puskoling).

Bank Sampah Assalam, terwujud atas kerjasama Balai Besar TNGGP dengan Pesantren Riyadul Hikmah. Masyarakat yang berperan sebagai debitur menyetor sampah ke Bank Sampah Assalam. Sampah yang terkumpul akan diolah dan diusahan oleh pihak pengelola dan dikembalikan ke debitur. Debitur dapat mengambil uang dari Bank Sampah Assalam bila jumlah sampah minimal sudah senilai Rp. 25.000,-. Ibu-ibu di Desa Nyalindung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, memanfaatkan sampah dari Bank Sampah Assalam sebagai bahan baku home industry pembuatan ecobrick.

Inovasi baru yang dilakukan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar TNGGP adalah “Puskoling”. Kegiatan ini memadukan program peningkatan minat baca dari Dinas Pendidikan dan konservasi lingkungan hidup dari Balai Besar TNGGP. Personil Puskoling mendatangi sekolah-sekolah di daerah penyangga TNGGP, para pelajar bisa membaca buku dengan tiket berupa sejumlah sampah dari lingkungan sekolahnya. Puskoling ini sudah berjalan sejak tahun 2017.

Sumber: Ika Rosmalasari dan Agus Mulyana - Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini