Bah Sarnuh yang tidak mengenal “Token Listrik” dari Resort PTN Cimungkad

Senin, 11 September 2017

Pada suatu kesempatan, saat melakukan pengecekan camera trap di wilayah Resort PTN Cimungkad, kami beristirahat di kampung yang paling dekat dengan kawasan hutan. Itulah Kampung Cihambur, tempat keluarga Bah Sarnuh melakukan kehidupannya.

Ada hal yang menarik saat beristirahat di rumah Bapak dengan tiga orang anak ini,  karena letaknya yang terpencil dan hanya ada satu keluarga saja yang tinggal disitu maka, rumah yang sudah dihuni sejak tahun 1987 ini tidak pernah terjangkau listrik dari PLN.

Fasilitas hidup yang sangat minim, tidak menjadikan Bapak yang tinggal di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi ini, ketinggalan zaman. Bah Sarnuh berusaha mencukupi kebutuhan listrik untuk penerangan dengan memanfaatan potensi air Sungai Ciheulang yang mengalir dari kawasan Taman Nasional Giunung Gede Pangrango (TNGGP). 

Dengan menggunakan turbin dan memanfaatkan dinamo bekas, keluarga Bah Sarnuh bisa menikmati listrik layaknya orang kota.  Dengan modal Rp. 800.000,- untuk membeli dinamo bekas, minihydro milik Bah Sarnuh, menghasilkan listrik sekitar 3.000 watt.

Dia mengaku sangat senang, dimana orang sedang pada pusing memikirkan sulitnya akses dan mahalnya tarif listrik yang harus dibayar, dia bisa menikmati listrik tanpa harus dikejar-kejar tagihan rekening listrik.  “Saya mah tak kenal token”,  kata Bapak yang sehari-harinya nebeng  bertani di lahan HGU perkebunan ini.

Menurut pengakuannya, dengan hadirnya listrik di tengah-tengah keluarga,  Bapak Paruh Baya ini sungguh sangat bersyukur dengan tetap menghijaunya kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.“Dengan utuhnya hutan di kawasan ini akan menjamin suplay air untuk membangkitkan turbin penghasil listrik”, katanya.

Hal yang cukup menarik adalah, kepeduliannya terhadap kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bukan hanya cerita.  Karena tempat tinggalnya berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, maka Abah yang satu ini, bisa setiap saat memantau kondisi kawasan taman nasional.  Bila ada orang yang akan masuk hutan secara illegal, pasti dinasihati, bila tidak bisa dicegah “dengan sangat terpaksa” melapor kepada petugas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Selain sebagai volunteer yang selalu siap membantu petugas taman nasional pada saat diperlukan, dia juga mempunyai kepedulian pada lingkungan hidup. Hal ini terbukti dengan hijaunya pinggiran Sungai Ciheulang, dengan pohon kuray yang ditanamnya sekitar Kampung Cihambur  sejak tahun 2000.

Pohon kuray ini ditanam pula di lahan garapannya, sebagai pohon pelindung. Hal  ini membuktikan bahwa di tengah perkebunan masyarakat yang notabene “haram” kalau terdapat pohon kayu keras, ternyata komoditas kayu atau pohon bisa bersinergis dengan komoditas pertanian.  Saat ini dengan kesadarannya Bah Sarnuh telah berhasil menanam pohon kuray secara sukarela di kebunnya yang tidak terlalu luas (sekitar 5.000 m2) sebanyak  1.000 batang, pada saat ini pohon tersebut rata-rata telah berdiamater 20 cm dengan ketinggian 15 meter.

 

Sumber: Dadi Haryadi M, S.Hut & Ayi Moh Toha (PEH BBTN Gede Pangrango)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini