Manggala Agni Kerja Keras Tanggulangi Karhutla  

Selasa, 05 September 2017

 

 Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa, 5 September 2017. Dalam penanggulangan karhutla, Manggala Agni siap diterjunkan setiap saat dengan dibekali peralatan yang memadai. Tidak jarang lokasi kebakaran berada di lokasi dengan akses yang sulit, sehingga Manggala Agni juga disiapkan untuk menghadapi segala kondisi lapangan. Bahkan dengan dengan peralatan tangan sederhana pun pemadaman tetap dilakukan.

Upaya penanggulangan sebenarnya dimulai dengan melakukan persiapan untuk melakukan pencegahan karhutla. Pada saat terjadi karhutla, langkah penting selanjutnya yaitu membaca situasi dan kondisi karhutla serta cara pemadamannya. Keberhasilan pemadaman karhutla juga dipengaruhi faktor teknis di lapangan, seperti metode yang digunakan juga pertimbangan aspek geografis dan klimatologis.

“Menanggulangi kebakaran tidak sekedar menyiramkan air saja ke api agar padam, tapi harus dilihat dari mana sumber api, dimana posisi kepala api, bahan bakaran apa yang terbakar, topografi dan arah angin sehingga dapat disusun strategi pemadaman sehingga api dapat segera dikendalikan”, jelas Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan PKHL Kementerian LHK, Raffles B. Panjaitan.

Kebakaran yang terjadi pada areal yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat dihadapi Brigade Dalkarhutla Kementerian LHK - Manggala Agni Daops Tinanggea saat melakukan upaya penanggulangan kebakaran di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di wilayah Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin (4/9/2017). Kepala Daops Tinanggea menerima laporan terjadinya kebakaran dari petugas Balai TNRAW pada pukul 10.47 WITA. Selanjutnya Kepala Daops dan tim melakukan pengecekan langsung ke lapangan dan melakukan koordinasi dengan Polsek Tinanggea. Pemadaman dilakukan oleh Manggala Agni Daops Tinanggea bersama personel Babinkamtibmas Desa Tatangge di dua titik dengan luas areal terbakar masing-masing kurang lebih 27 ha.

Menghadapi kendala seperti itu, tidak menyurutkan tim dalam upaya melakukan pemadaman. Mereka tetap bekerja keras meski dengan menggunakan peralatan tangan dan jet shooter. Api meluas dengan cepat karena cuaca yang panas dan kering, serta angin yang kencang dengan jenis vegetasi yang berupa padang rumput/savanna sehingga pemadaman memakan waktu selama 8 ja. Bukanlah perjuangan yang mudah bagi Manggala Agni dan tim untuk memadamkan api seluas itu dengan hanya menggunakan peralatan sederhana.

Hasil pemantauan Posko Pengendalian kebakaran hutan dan lahan, tanggal 4 September 2017 pukul 20.00 WIB pada Satelit NOAA19, terpantau 10 hotspot, yang tersebar di Provinsi Kalimantan Barat (4 titik), Bangka Belitung (1 titik), Jawa Barat ( 2 titik), dan Jawa Timur (3 titik).

Berdasarkan Satelit TERRA AQUA (NASA) dan Satelit TERRA AQUA (LAPAN) confidence level ≥80% menunjukkan jumlah hotspot yang sama sebanyak 9 titik dengan rincian 1 titik di Papua (Kabupaten Merauke), 1 titik di Maluku (kabuoetan Kepulauan Aru), 1 titik di Lampung (kabupaten Lampung Tengah), 5 titik di Jawa Barat (Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang), dan 1 titik di Bali (Kabupaten Buleleng).

Sedangkan informasi hotspot berdasarkan Satelit TERRA AQUA (LAPAN) confidence level ≥80%, jumlah hotspot di Indonesia ada 7 titik yaitu di Nusa Tenggara Timur (3 titik), Nusa Tenggara Barat (1 titik), dan Kalimantan Timur (3 titik).

Dengan demikian, berdasarkan Satelit NOAA untuk periode tanggal 1 Januari – 4 September 2017 total hotspot 1.725 titik. Terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 679 titik (28,24%) jika dibandingkan periode yang sama tahun 2016 jumlah hotspot sebanyak 2.404 titik.

Berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level ≥80% periode tanggal 1 Januari –  4 September 2017 terdapat 984 titik, pada periode yang sama tahun 2016 jumlah hotspot sebanyak 3.095 titik, sehingga terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 2.111 titik (68,20%).

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Sistem Peringatan Kebakaran Hutan, potensi kemudahan terjadinya kebakaran di Indonesia untuk tanggal 5 September 2017 menunjukan sebagian besar Provinsi di Indonesia pada tingkat sangat mudah terbakar. Provinsi-provinsi tersebut antara lain Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara dan sebagian kecil provinsi lain di wilayah Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Untuk itu, Raffles menghimbau dan mengajak untuk bersama-sama bekerja keras, bekerja cerdas, serta tetap menggalakkan patroli dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencegahan dan penanggulangan karhutla.

 

SIARAN PERS

Nomor : SP. 235/HUMAS/PP/HMS.3/09/2017

Penanggung jawab berita:

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Djati Witjaksono Hadi – 081375633330

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini