“Pendaki Ndeso” Stres Lihat “Wisatawan Kekinian” Tanam Edelweis

Kamis, 03 Agustus 2017

Akhir-akhir ini, kita dihebohkan dengan istilah “Pendaki Ndeso”, sebutan bagi sepasang pendaki Taman Nasional Gunung Rinjani yang berfoto mesra menggunakan bunga edelweiss yang dipetik sebagai properti foto berlatarbelakang Taman Nasional Gunung Rinjani di atas Puncak Gunung Rinjani. Pendaki Ndeso tersebut mengunggah foto-foto tersebut pada akun media sosial mereka. Bukannya mendapat pujian, foto-foto tersebut justru banyak mendapat cemoohan tidak hanya pemerhati Gunung Rinjani, tetapi masyarakat pada umumnya menyayangkan perilaku “Pendaki Ndeso” tersebut.

Bunga Edelweis memiliki mitos yang cukup tinggi khususnya bagi kalangan pemuda pemudi karena dianggap melambangkan cinta abadi. Mitos tersebut muncul karena Bunga Edelweis dikenal bunga abadi yang tidak pernah layu. Bunga Edelweis sebagai bunga abadi juga diakui oleh Masyarakat Tengger yang bermukim di dalam dan sekitar kawasan hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Merujuk wawancara dengan Bapak Sutomo selaku Ketua Dukun Tengger, Masyarakat Tengger menyebut Bunga Edelweis dalam Bahasa Tengger yang merujuk Bahasa Sansekerta/ Jawa Kuno sebagai Kembang Tana Layu atau Bunga Abadi. Tana  berasal dari kata “Tan” yang artinya “Tidak”, sedangkan Layu menjadi kata serapan dalam Bahasa Indonesia yang bermakna “Layu”. Bunga Abadi tersebut menjadi salah satu rangkaian Tamping/ sesaji Tengger pada setiap upacara Adat Tengger yang bermakna pengharapan agar leluhur mereka tetap abadi.

Dahulu, Tumbuhan Edelweis cukup banyak dijumpai di ladang-ladang Masyarakat Tengger yang berada pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl. Seiring pertumbuhan jumlah penduduk yang berkorelasi terhadap pemakaian bunga edelweiss untuk sesaji, Tumbuhan Edelweis semakin sedikit di ladang-ladang milik penduduk. Pola pertanian intensif Masyarakat Tengger juga turut berperan terhadap kelangkaan Tumbuhan Edelweis di ladang-ladang penduduk. Penelitian oleh Amanu Budi Setiyo, Mahasiswa Pertanian, Universitas Brawijaya pada rentang tahun 2015-2016 yang berjudul “Etno Botani Edelweis di Desa Ngadas, Kabupaten Malang” menunjukkan Masyarakat Tengger di Desa Ngadas mengambil Bunga Edelweis semakin masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Kekhawatiran tentang kepunahan “Sang Bunga Abadi” Edelweis karena pemakaian untuk Upacara Adat Tengger, penjual bunga illegal, maupun ulah “Pendaki Ndeso” di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru telah diantisipasi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sejak tahun 2006, BBTNBTS telah berhasil mengidentifikasi 3 jenis edelweis, yaitu Anaphalis javanica, Anapahalis viscida, dan Anaphalis longifolia. Sejak tahun 2007, ujicoba penanaman edelweiss di luar maupun di dalam kawasan TNBTS telah dilakukan meskipun belum berhasil. Tahun 2014, BBTNBTS berhasil membudidayakan edelweiss dari yang awalnya mengumpulkan semai edelweiss alam sebanyak kurang lebih 1.700 bibit di persemaian Resort PTN Tengger Laut Pasir. Tahun 2015 BBTNBTS sukses membudidayakan edelweiss dari biji yang diperoleh dari Kebun Benih Edelweis yang tersebar di Resort PTN Tengger Laut Pasir dan Resort PTN Gunung Penanjakan. Bibit edelweiss kemudian diujicoba ditanam dalam bentuk Taman Edukasi Edelweis di sekolah-sekolah (7 SD, 1 SMP, dan 1 SMK) pada kawasan penyangga Resort PTN Tengger Laut Pasir di lingkup Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. 28 Maret 2016, Siti Nurbaya -Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan- meresmikan Taman Edukasi Edelweis di Penanjakan dan SD Negeri Ngadisari I sebagai apresiasi keberhasilan budidaya edelweiss di luar kawasan TNBTS.

Awal tahun 2017, BBTNBTS telah mencanangkan konsep desa edelweiss-desa edelweiss TNBTS yang melingkupi Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang. Konsep Desa Edelweis TNBTS diharapkan bisa menjembatani konservasi keanekaragaman hayati edelweiss, melestarikan Budaya Tengger, dan meningkatkan perekonomian masyarakat desa penyangga TNBTS. Penelitian tahun 2015-2016 oleh Azhuardi Rheza Fauzi, Mahasiswa Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada tentang “Willingnes To Pay Edelweis Hasil Budidaya Edelweis di TNBTS” menunjukkan wisatawan mau membeli dengan harga lebih tinggi 160-600 % untuk bunga edelweiss yang memiliki legalitas hasil budidaya. Prioritas pembentukan desa edelweiss TNBTS saat ini dilakukan bagi desa-desa Tengger seperti Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dan Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Pemuda-pemuda desa dari dua desa tersebut sudah dilatih budidaya edelweiss dari biji. Pemuda-pemuda tersebut diharapkan menjadi pionir bagi desanya masing-masing maupun desa-desa Tengger lainnya. Saat ini, semakin banyak masyarakat Tengger yang mulai menanam edelweiss di pekarangan rumah maupun ladang.

Meskipun masih terbatas, wisatawan yang berkunjung ke TNBTS mulai melirik keberhasilan budidaya edelweiss di TNBTS. Wisatawan yang beruntung kini bisa berpartisipasi menanam edelweiss di TNBTS. Saat musim berbunga antara Bulan Mei-September, wisatawan bisa berfoto selfie di Taman Edukasi Edelweis TNBTS di Resort PTN Tengger Laut Pasir dan Resort PTN Gunung Penanjakan. Buat heboh teman-temanmu dengan kesempatan langka menanam edelweiss di TNBTS dan jadilah “Wisatawan Kekinian”. Cinta Kalian akan abadi sekaligus Kamu bisa menyelamatkan tumbuhan edelweiss dari ancaman kepunahan karena tangan-tangan jahil “Pendaki Ndeso”. Kamu pun lebih Pancasila karena turut melestarikan Budaya Tengger, salahsatu kekayaan Budaya Bangsa Indonesia. #SaveEdelweisTNBTS

Sumber Info : Birama Terang Radityo, S.Hut. - Penyuluh Kehutanan Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini